PALANGKA RAYA – Data pasien positif virus korona baru (Covid-19) yang disajikan pemerintah pusat dan daerah rancu dan membingungkan publik. Kondisi itu diperparah dengan semakin minimnya informasi dari Tim Gugus Tugas Percepatan Pencegahan Covid-19 Kalimantan Tengah. Di tengah kekhawatiran pandemi, data yang tak terkelola dengan baik berpotensi memperburuk situasi.
Dari penelusuran Radar Sampit, data terakhir yang dikeluarkan Gugus Tugas Covid-19 Kalteng melalui laman corona.kalteng.go.id masih menyajikan data lawas, 7 April 2020, dengan total pasien positif Covid-19 sebanyak 20 kasus. Selanjutnya, data resmi pemerintah dari laman covid19.go.id yang diperbarui 9 April pukul 15.40, jumlah pasien positif Covid-19 di Kalteng tak berubah, tetap 20 kasus.
Akan tetapi, berdasarkan konfirmasi dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), jumlah pasien positif Covid-19 bertambah dua orang, hingga totalnya menjadi empat pasien. Data penambahan kasus itu tak tersaji di laman resmi pemerintah secara nasional. Bila mengacu konfirmasi dua pasien positif di Kobar, total kasus Covid-19 di Kalteng seharusnya sebanyak 22 kasus.
Belum ada penjelasan resmi mengenai perbedaan data tersebut dari Tim Gugus Tugas Covid-19 Kalteng. Mulai pekan ini, Gugus Tugas Covid-19 Kalteng memang mengeluarkan kebijakan sepihak yang dikeluhkan sejumlah jurnalis, yakni hanya melakukan konferensi pers terkait perkembangan wabah tiga kali dalam sepekan.
Ironisnya, data mengenai penambahan jumlah pasien positif maupun orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) juga tak rutin diperbarui. Keputusan gugus tugas itu disesalkan sejumlah pihak. Apalagi kini publik semakin dibuat bingung dengan berbagai informasi palsu alias hoaks yang bertebaran dan kian masif di media sosial.
Kerancuan data juga sempat terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Dalam wawancara dengan wartawan Rabu (8/4), Bupati Kotim Supian Hadi sempat menyebut jumlah PDP di Kotim sebanyak 16 orang, dengan rincian 12 warga Kotim dan 4 rujukan. Di sisi lain, data yang disajikan Gugus Tugas Covid-19 Kotim, jumlah PDP terdata sebanyak 9 orang.
Anggota DPRD Kotim Muhammad Arsyad mengatakan, akurasi data korban pandemi yang disajikan pemerintah dinilai bisa memperburuk situasi. Pengendalian akan sulit dilakukan apabila data yang disajikan rancu. Efek paling mengerikan, bisa terjadi ledakan kasus yang tak terlacak dan terdata pemerintah karena kekeliruan data yang disampaikan.
”Harusnya hal seperti itu tak terjadi dalam penanganan pandemi. Pengendalian akan sulit dilakukan apabila data tak sesuai. Masalah seperti ini harus segera diselesaikan,” ujar Arsyad.
Catatan Radar Sampit, kekeliruan pemerintah terkait data soal Covid-19 tak hanya terjadi pada sinkronisasi data antara pusat dan daerah, namun juga terjadi pada hasil pemeriksaan pasien positif Covid-19 beberapa waktu lalu. Hasil tes pasien dari Kalteng tertukar dengan provinsi lain. Pasien Kalteng awalnya disebut positif, diralat menjadi negatif karena pasien itu memiliki nama yang sama dengan daerah lain. Ketika dites ulang di laboratorium lain, hasilnya ternyata tetap positif.
Arsyad juga menyesalkan tersumbatnya informasi dari Gugus Tugas Covid-19 Kalteng yang tak lagi merilis data terbaru. Padahal, data tersebut sangat diperlukan publik untuk mengetahui sebaran pasien terjangkit dan sebagai upaya pencegahan dari warga.
”Harusnya pemerintah lebih terbuka dalam kasus pandemi ini. Jangan sampai ada informasi yang ditahan-tahan. Hal itu akan semakin menambah kecemasan warga,” ujarnya.
Lebih lanjut Arsyad menyoroti kemampuan RSUD dr Murjani Sampit dalam menangani wabah. Dia mendapat informasi semua ruangan isolasi penuh. Imbasnya, ada pasien dengan gejala klinis Covid-19 yang harusnya diisolasi, namun tak bisa mendapat perawatan karena ruangan yang penuh, sehingga terpaksa dirawat di rumah oleh keluarganya.
”Hal seperti ini berbahaya. Harusnya ada antisipasi apabila ruangan di rumah sakit penuh. Islamic Center itu harus segera dioperasikan sebagai antisipasi,” ujarnya.
Arsyad khawatir apabila kondisi tersebut dibiarkan, akan jadi bom waktu penyebaran Covid-19 di Kotim. Jumlah pasien yang kian membeludak, tak sebanding dengan fasilitas kesehatan yang tersedia. Akibatnya, wabah akan semakin parah.
Informasi lain yang diperoleh Radar Sampit, ada pasien klaster Gowa yang berniat memeriksakan diri dan dirawat di RSUD dr Murjani Sampit, namun gagal dirawat karena ruang isolasi yang tak lagi mampu menampung pasien Covid-19 maupun PDP. Karena tak bisa dirawat di rumah sakit, akhirnya pasien dari Sembuluh itu dirawat di kediaman keluarganya di Kota Sampit.
Ketika dikonfirmasi, Wakil Direktur RSUD dr Murjani Sampit Bidang Pelayanan Yudha Herlambang membantah pihaknya menolak pasien klaster Gowa dengan gejala klinis Covid-19. Namun, dia membenarkan ruang isolasi sebanyak 16 unit memang penuh.
PDP Berkurang
Sementara itu, berdasarkan data Tim Gugus Tugas Covid-19 Kotim, Kamis (9/4), jumlah PDP di Kotim berkurang dari sebelumnya sebanyak 9 orang menjadi 8 orang. Kepala Dinas Kesehatan Kotim Faisal Novendra Cahyanto mengatakan, berkurangnya jumlah PDP karena hasil swab PCR pasien tersebut dinyatakan negatif.
”Tes swab PCR pasien tersebut dilakukan dua kali dan hasilnya negatif dan sudah dipulangkan,” katanya.
Faisal berharap hasil swab PDP lainnya yang rata-rata warga Kotim dan sempat melakukan perjalanan ke Gowa, Sulawesi Selatan, juga negatif. Dengan demikian, tidak ada penambahan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kotim.
”Hasil swab tes pasien PDP lainnya akan kami tunggu Minggu. Semoga ada kabar baik," katanya.
Sementara itu, jumlah ODP di Kotim berkurang dari 95 orang menjadi 93 orang. ”Ada dua orang yang dinyatakan sehat setelah melewati masa isolasi 14 hari dan kondisinya tetap sehat,” jelasnya.
Mengenai kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien Covid-19, Faisal menuturkan, klinik Covid-19 dan tempat karantina untuk ODP di Islamic Center akan diupayakan mulai beroperasi mulai pekan depan. Terkait adanya pasien gejala klinis Covid-19 yang tak bisa dirawat di RSUD dr Murjani Sampit, Faisal belum bisa menjawab dan akan mengecek informasi tersebut.
Sebelumnya, Faisal mengatakan, klinik Covid-19 yang berada di Asrama Haji Kompleks Islamic Center disiapkan untuk dijadikan tempat isolasi pasien ODP. Tenaga kesehatan (nakes) yang akan bertugas di klinik tersebut juga sedang disiapkan.
”Selain tempat, nakes juga sudah disiapkan sebanyak 18 orang, guna mengawasi perkembangan pasien yang dirawat,” ujarnya.
Positif Hasil Rapid
Wabah Covid-19 merambah sampai ujung utara Bumi Tambun Bungai. Dari Kabupaten Murung Raya dilaporkan, jumlah PDP di wilayah itu bertambah menjadi 12 orang. Sembilan orang di antaranya masih dalam perawatan dan tiga pasien selesai pengawasan lantaran hasil PCR/swab hasilnya negatif Covid-19.
Dari sembilan PDP, delapan di antaranya dirawat di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya dan satu di RSUD dr Murjani Sampit Sampit. ”Dari delapan PDP di RSUD dr Doris Sylvanus, tujuh di antaranya merupakan klaster Gowa. Hasil rapid test, mereka positif suspect Covid-19, sementara swabnya belum keluar hasilnya," kata Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Mura Perdie M Yoseph yang juga Bupati Mura.
Perdie menuturkan, hasil rapid test belum bisa dikatakan seratus persen positif Covid-19. Tujuh PDP itu masih suspect atau dugaan terjangkit. Hasil finalnya harus menunggu pemeriksaan PCR atau swab.
”Hasil swab inilah yang bisa dikatakan positif Covid-19. Sepanjang imun tubuh mereka bagus, dalam pemeriksaan swab bisa saja negatif. Jadi, hasil rapid test belum bisa menjadi acuan bahwa orang itu positif Covid-19, karena tingkat keakuratannya beda," jelas Perdie.
Lebih lanjut Perdie mengatakan, dari 45 orang klaster Gowa asal Murung Raya, sudah 35 orang dilakukan rapid test di RSUD Puruk Cahu. Hasilnya, 28 orang dinyatakan negative dan 7 orang positif. Masih ada 10 orang yang belum menjalani tes cepat.
”Sepuluh orang ini sudah dilakukan pemanggilan dan pihak rumah sakit menjadwalkan rapid test kepada mereka pada hari ini (kemarin, Red). Mudah-mudahan semuanya selesai, sehingga dapat mengetahui tindakan selanjutnya seperti apa," katanya, seraya menambahkan, mereka yang diperiksa, meski negatif tetap diberi obat dengan harapan daya tahan tubuh meraka tetap kuat. (yn/hgn/rm-103/ign)