PALANGKA RAYA – Keluarga pasien suspect Covid-19 di Kota Palangka Raya emosi karena kerabatnya yang sudah meninggal dimakamkan menggunakan protokol kesehatan. Akibatnya, petugas pemakaman jadi sasaran amukan. Bahkan, seorang petugas sampai pingsan dan dirujuk ke rumah sakit.
Peristiwa itu terjadi di tempat pemakaman umum Km 12, Selasa (21/7). Kejadian yang terekam kamera gawai itu menyebar luas dan jadi viral. Polisi telah mengamankan empat orang dalam kasus itu. Aksi brutal tersebut dilatari pihak keluarga yang tidak terima jenazah pasien dikebumikan di tempat pemakaman khusus positif Covid-19. Padahal, itu pasien belum diketahui terpapar atau tidaknya.
Puluhan personel kepolisian terlihat berjaga di lokasi. Atas kesepakatan bersama, akhirnya jenazah dimakamkan di lokasi lain, tetapi tetap menggunakan protokol Covid-19. Korban pemukulan ada empat, satu di antaranya harus dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan intensif.
Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Dwi Tunggal Jaladri mengatakan, pihak keluarga meminta tidak dimakamkan di tempat yang disediakan pihak rumah sakit Muhammadiyah atau di lokasi pemakaman khusus Covid-19. Pemakaman itu dalam satu areal di TPU Km 12. Ketika tak terjadi kesepakatan, keluarga emosi. Apalagi pemakaman dinilai tidak dilakukan melalui prosesi keagamaan.
Terkait penganiayaan, pihaknya mengamankan empat orang. Kejadian itu telah ditangani sesuai prosedur berlaku. ”Intinya, kasus ini akan ditindaklanjuti. Yang pasti, jangan sampai terjadi seperti ini lagi,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Harian Gugus Covid Kota Emi mengatakan, sebelum pemakaman dilaksanakan, pihak keluarga sebenarnya telah menandatangani kesepakatan pasien akan ditindaklanjuti sesuai protokol Covid-19. Namun, saat dilakukan pemakaman, keluarga tidak terima.
”Sangat disayangkan sekali dengan tindakan anarkis ini. Sebenarnya tidak boleh ada pemukulan. Kami akan laporkan ke pihak kepolisian karena masuk penganiayaan," ujarnya.
Emi menyampaikan, pemukulan terjadi terhadap tiga atau empat petugas. Ada yang parah hingga dirujuk ke rumah sakit dan pingsan.
”Ada petugas wanita juga dipukul. Ini sudah tidak benar. Bahkan ada pemukulan menggunakan nisan. Korban merupakan petugas di Satgas Covid dan memang tugasnya untuk pemakaman dan pemusaran jenazah," ungkapnya.
Emi mengaku tidak tahu secara detail penyebab pasti insiden itu. Yang pasti, keluarga almarhum menolak tempat pemakaman. Agar kejadian serupa tak terulang, ke depan pihaknya akan meminta pengawalan anggota TNI dan Polri. ”Ini baru pertama terjadi, semoga tidak terulang lagi," pungkasnya.
Terpisah, seorang pelaku pemukulan, Heri Tasman, mengaku emosi dan lepas kontrol karena melihat perlakuan petugas terhadap penanganan jenazah. Almarhum dimakamkan di tempat positif Covid-19, padahal hasil tes swabnya belum diketahui. Almarhum juga dua bulan di rumah, sehingga kecil kemungkinan terpapar Covid-19.
”Kami tidak terima. Tadi pemakamannya langsung diangkat dan tidak ada berdoa. Saya bilang, kalau positif, saya legawa menggunakan protokol kesehatan. Tapi, ini sangat membuat kami keberatan. Almarhum belum positif, tapi dimakamkan di tempat positif,” ujarnya.
Menurut Heri, almarhum meninggal karena penyakit lambung dan jantung lemah, bukan karena Covid-19. ”Kalau pun Covid-19, semua keluarga pasti tertular, tetapi ini tidak ada. Saya tidak terima. Namun, saya melakukan pemukulan siap bertanggung jawab,” tegasnya. (daq/ign)