SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 28 Oktober 2020 11:07
Duh Ngeriiii..!!! Warga Sebut Ada Buaya Raksasa Sepuluh Meter
RAWAN BUAYA: Lokasi nelayan pencari kerang yang diterkam buaya di Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, dipasang imbauan agar waspada terhadap buaya, Selasa (27/10).(FAHRY ILHAMI SAMOSIR/RADAR SAMPIT)

SEBAGIAN warga Desa Lempuyang tak punya pilihan untuk bertahan hidup. Mereka bergantung pada alam dengan mencari kerang. Sumber penghasilan itu juga jadi ancaman kematian, karena perairan di wilayah itu merupakan habitat buaya pemangsa.

 Selasa (27/10) siang, sekitar pukul 13.30 WIB, mobil dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit tiba di sebuah gang kecil di Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotim.

Kedatangan mereka langsung disambut penduduk setempat yang sebagian besar merupakan nelayan. Para nelayan itu menggantungkan sumber ekonominya dengan memanfaatkan hasil laut dan perikanan secara turun-temurun.

Namun, aktivitas melaut mereka kini mulai terganggu setelah predator mematikan, buaya muara, menyerang sedikitnya lima nelayan hingga terluka. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, satwa liar tersebut tidak pernah menyerang, apalagi melukai manusia.

Menurut cerita, sebelumnya, nelayan kerap bertemu langsung dengan buaya muara. Buaya tak terganggu meski jaraknya dengan manusia saat itu berdekatan.

Mendengar kisah itu, Muriansyah, Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit lalu mengajak sejumlah warga untuk menemaninya menyusuri sungai yang mengarah langsung ke muara.

Dalam perjalanan, sungai tampak sepi. Tak ada tanda aktivitas manusia. Hanya ada perahu nelayan yang tertambat di tepi sungai.

Air sungai tampak kotor dan keruh. Permukaan airnya terlihat tenang. Warnanya cokelat dan agak gelap.

”Hei, lihat itu!” ucap seorang warga sambil mengarahkan telunjuknya ke tepi sungai.

Lima orang yang berada di atas perahu secara bersamaan menoleh ke kiri sungai.

Mereka melihat seekor buaya muara berukuran sedang, berjemur di antara lebatnya tumbuhan liar di tepi sungai. Ketakutan mulai menghantui, khawatir jika buaya itu mendekat hingga menyerang perahu mereka.

Namun, perjalanan tetap dilanjutkan hingga berhenti di persimpangan sungai antara Desa Lampuyang kecil dan Desa Lampuyang besar.

”Di persimpangan ini, ada buaya berukuran besar. Kira-kira panjangnya mencapai 10 meter. Buaya itu muncul saat air sungai surut,” kata Alfian, warga yang ikut mendampingi BKSDA.

Menurutnya, badan buaya itu membentang di persimpangan sungai. Tak jarang perahu nelayan bersenggolan dengan permukaan kulitnya yang tebal. ”Bahkan, ada perahu nelayan yang hampir karam setelah melewati badannya,” beber ayah satu orang anak itu.

Muriansyah bersama dua warga lainnya sibuk memasang papan imbauan agar waspada terhadap buaya. Tiga warga yang masih berada di atas perahu, waswas memperhatikan situasi di sekitar sungai. Mereka terlihat cemas setelah mendengar cerita Alfian.

Setelah perjalanan berlanjut, tak jauh dari persimpangan sungai, suasana kembali heboh dengan penampakan buaya muara lainnya. Buaya kali ini ukurannya kecil. Panjang badannya mencapai sekitar 1,5 meter.

Meski kecil, cukup berbahaya jika masuk ke permukiman warga. Kalau tidak memangsa ternak, hewan itu bisa saja menyerang manusia.

Selama 30 menit perjalananan, rombongan tiba di muara sungai. Permukaan air sungai bertemu dengan air laut terlihat membentang luas seakan tidak ada ujungnya. Pemandangannya pun sangat indah. Rasa tegang sontak memudar.

Alfian menjelaskan, di lokasi itulah lima nelayan harus berhadapan dengan buaya muara hingga mereka harus pulang membawa bekas luka akibat gigitan buaya.

Sejak Maret hingga Oktober 2020, tercatat ada tiga kali kejadian serangan buaya terhadap manusia. Sejauh ini belum ada menimbulkan korban jiwa.

Sebagian warga percaya, populasi buaya di muara sungai itu masih cukup banyak, sehingga serangan buaya terhadap manusia juga kerap terjadi dan membuat masyarakat cemas ketika beraktivitas di sungai.

Para nelayan juga berharap Pemkab Kotim atau pihak terkait mengambil tindakan agar tak ada lagi ada korban di kemudian hari. Bagi mereka, sumber mata pencahariannya ada di muara sungai itu. (sir/ign)


BACA JUGA

Jumat, 25 April 2025 12:01

Wabup Kunjungan Kerja ke Pontianak

SAMPIT – Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Irawati melaksanakan kunjungan…

Jumat, 25 April 2025 12:00

Simulasi Karhutla Libatkan Ratusan Pelajar

SAMPIT – Ratusan pelajar di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ambil…

Jumat, 25 April 2025 12:00

Edukasi Bencana Bentuk Karakter Generasi Tangguh

SAMPIT–Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyambut baik pelaksanaan simulasi…

Jumat, 25 April 2025 11:59

BPBD Diminta Libatkan Pelajar dalam Pelatihan Water Rescue

SAMPIT — Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur mendorong agar pelatihan penyelamatan…

Kamis, 24 April 2025 17:24

Program MBG Tingkatkan Gizi Anak dan Ekonomi Petani

SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menyatakan dukungannya terhadap…

Kamis, 24 April 2025 17:24

Petani di Lampuyang Perlu Tambahan Pupuk Bersubsidi

SAMPIT –Petani di Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin…

Kamis, 24 April 2025 17:23

Ajari Pelajar SMP dalam Penanggulangan Karhutla

SAMPIT – Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun…

Kamis, 24 April 2025 17:22

Apresiasi dari Pemkab Kotim, Pemilik Kendaraan Taat Pajak Diberi Suvenir

SAMPIT – Suasana di depan Stadion 29 November, Jalan Tjilik…

Rabu, 23 April 2025 17:23

Warga Diminta Gunakan Plat Lokal

SAMPIT–Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus menggencarkan…

Rabu, 23 April 2025 17:22

DLH Ajak Warga Hijaukan Kotim

SAMPIT — Kesadaran menjaga lingkungan terus digaungkan Dinas Lingkungan Hidup…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers