Terungkapnya ”bisnis” mengemis yang dilakukan satu keluarga di Kota Sampit belakangan ini jadi viral. Pengemis kaya tersebut ternyata beberapa kali terjaring razia. Sejumlah fakta menarik lainnya juga terungkap.
Sejumlah pengemis dari satu keluarga yang terjaring razia beberapa waktu lalu, merupakan bagian dari pasangan suami istri, Dr dan Ms. Keduanya diduga mengendalikan bisnis mengemis tersebut dengan mengerahkan anak-anaknya. Mereka juga pernah terjaring razia yang sama pada Mei 2021 lalu. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinsos Kotim Wiyono mengatakan, pasangan suami istri (pasutri) tersebut memiliki 12 orang anak yang masih belia.
Rentang usia anak yang melakoni peran sebagai pengemis itu berkisar 4-17 tahun. Anak tertuanya diduga kuat menjadi koordinator lapangan (korlap) yang mengatur adik-adiknya mengemis dan mengamen di sekitar traffic light jalur padat, seperti di traffic light persimpangan Jalan Ahmad Yani- Yosudarso, Jalan DI Panjaitan – MT Haryono, Jalan DI Panjaitan – Pangeran Antasari, Jalan HM Arsyad – Pelita dan sejumlah titik lainnya.
”Dari keterangan yang bersangkutan, anaknya ada 12 orang. Tetapi, dari data kartu keluarga (KK) yang kami pegang ada tujuh anak saja yang masuk dalam data KK. Satu anaknya yang dewasa sudah menikah. Itulah yang mengoordinir adik-adiknya mengemis dan mengamen di jalanan,” kata Wiyono, Jumat (4/2). Dinsos Kotim tahun lalu telah memberikan pembinaan kepada pengemis dan mengantarkan pengemis yang berusia di bawah umur itu ke rumahnya yang berlokasi di Jalan Baamang I.
”Pengemisnya yang disebut-sebut kaya itu sebenarnya orangnya itu-itu saja. Sudah berkali-kali terjaring razia.Dimintai data keterangan dan diinterogasi oleh Satpol PP, dilakukan pembinaan oleh Dinsos, tetap saja mengulang aksinya jadi pengemis jalanan,” ungkapnya. Penelusuran Radar Sampit, selain mengemis, Ds nyambi menjadi tukang pijat, sementara istrinya ibu rumah tangga. ”Istrinya itu terkadang nyari ikan. Sekarang sudah jarang ditemukan di jalanan. Anak-anaknya saja yang sering diamankan Satpol PP,” katanya. Keduanya diketahui merupakan warga Seruyan yang merantau ke Kotim.
”Mereka juga infonya tidak memiliki rumah. Hidup berpindah-pindah (mengontrak), lalu pindah ke Sampit,” ujarnya. Diduga keluarga pengemis itu sudah tujuh tahun tinggal di Sampit dan tidak melakukan pembaruan data penduduk. ”Dulu Dinsos datangi ke rumahnya masih di Baamang I, setelah itu pindah ke Kampung Remiling, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Di Kampung Remiling itu baru ketahuan mereka hidup mengontrak, punya mobil Peugeot asal Prancis dengan nomor polisi N 1986 CJ yang ditaksir seharga puluhan juta,” ujarnya. Selain mobil, ditemukan pula empat unit kendaraan roda dua jenis motor bebek dan matik. Beberapa di antaranya motor keluaran terbaru.
”Ponsel mereka juga model terbaru yang harganya lumayan (mahal),” katanya. ”Belum lagi perhiasan cincin, kalung gelang yang dikenakan. Semua itu didapat dari hasil mengemis,” tambahnya. Informasinya, keluarga pengemis itu sengaja mempekerjakan anak-anaknya meski masih di bawah umur. Mereka pun mengakui, harta yang diperoleh tersebut didapat dari hasil mengemis. Wiyono menegaskan, tindakan keluarga pengemis yang secara terang-terangan mengeksploitasi anak tak dapat dibiarkan begitu saja. Kendati demikian, dugaan eksploitasi anak itu masih dalam penyelidikan kepolisian.
”Kalau memang terindikasi mengeksplotasi anak, pihak kepolisian yang bisa menindaknya. Pengemis yang terus mengulang perbuatannya ini memang perlu diberi efek jera, tetapi kita lihat lagi apakah ada tindakan yang mengarah ke pelanggaran hukum atau tidak. Kita tunggu saja hasil penyelidikan dari kepolisian,” katanya.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kotim Yunus menambahkan, sebelumnya keluarga pengemis dan kawan seperjuangan di jalanan pernah berjualan kerupuk. ”Ada juga yang jualan kerupuk. Ada juga yang sambil bawa gitar kecil. Ngejreng-ngejreng sebentar, minta duit ke pengendara di traffic light,” kata Yunus. Yunus mengatakan, aksi mengemis itu dilakukan setiap siang, sore, dan terkadang sampai malam. Anak-anak di bawah umur itu berhasil memantik rasa kasihan dari pengendara. ”Sehari ada yang mendapat Rp 200-300 ribu, bahkan Rp 1 juta dari hasil mengemis,” ujarnya.
Aksi yang terkesan terorganisir tersebut membuat Satpol PP dan Dinsos Kotim kucing-kucingnya hingga kejar-kejaran dengan para pengemis yang berusaha kabur dari jeratan Satpol PP. Bisnis itu dijalankan bak operasi intelejen. ”Mereka ini punya mata-mata. Kalau ada Satpol PP dari kejauhan, mereka telepon-teleponan. Cepat atur strategi untuk kabur,” ujarnya. Pihaknya sudah berulang kali melakukan pembinaan dan mengarahkan keluarga pengemis itu agar hidup ke jalan yang benar dan mencari uang dengan cara bekerja, bukan dengan cara meminta.
”Dinsos sudah berkoordinasi dengan Pemkab Seruyan. Bupati Seruyan juga memantau kejadian yang viral ini. Kami siap memfasilitasi, tetapi diurus dulu pembaruan data penduduknya. Bukannya diurus, malah cuma pindah kecamatan saja,” ujarnya. Dinsos Kotim telah mengarahkan agar anak pasutri pengemis itu melanjutkan pendidikan. ”Dari semua anaknya itu hanya dua yang sekolah, yang lainnya putus sekolah. Tahun lalu sudah diarahkan melanjutkan pendidikan. Kami siap membantu memfasilitasi, tetapi anaknya lagi yang tak berminat sekolah,” ujarnya. Menurutnya, psikologi anak yang berperan sebagai pengemis dan pengamen jalanan itu telah mengubah pola pikir anak menjauhi minat dalam belajar.
”Mental mereka itu sudah terbentuk di jalanan. Mereka sudah tahu mencari uang, makanya sulit mengajak mereka untuk mau belajar seperti anak seusianya. Kita semua prihatin. Banyak dari mereka enggak bisa baca tulis,” ungkap Yunus. Setelah kejadian tersebut viral, warga ramai-ramai mengusir keluarga pengemis kaya itu. Kini mereka tak lagi tinggal di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan diketahui pindah mengontrak di Jalan Metro Tv.
”Dari keterangan Ketua RT setempat di sana, anak-anaknya suka buang kotoran sembarang dan minum-minuman sampai larut malam. Baru-baru ini mereka pindah tempat tinggal,” katanya. Yunus menambahkan, penertiban razia gelandangan dan pengemis (gepeng) sebelumnya telah dilakukan sebanyak empat kali bersama Satpol PP, yakni pada Rabu (27/1) selama tiga hari berturut-turut. ”Senin kemarin dipantau lagi, empat pengemis diamankan. Dinsos Kotim masih terus melakukan pemantauan ke lapangan dan terus berkoordinasi dengan Satpol PP,” tandasnya. (hgn)