SAMPIT - Menjelang Ramadan, gepeng mulai berkeliaran di Sampit. Dinas Sosial Kotawaringin Timur menduga gepeng mempunyai komplotan lantaran jumlahnya yang banyak dan datang dalam waktu bersamaan.
Dinsos menaruh kecurigaan bahwa gepeng mempunyai komplotan lantaran jumlahnya yang besar dan datang dalam waktu bersamaan.
”Kami mencoba menelusuri adanya kelompok atau sindikat gepeng yang sengaja disebar di Sampit,” ujar Kepala Dinas Sosial Kotim Bima Ekawardhana kemarin (23/5).
Namun, lanjut Bima, dinas belum bisa membuktikan dugaannya karena gepeng yang tertangkap hanya diam saat diinterogasi. April lalu, Dinas Sosial Kotawaringin Timur sudah menangkap sejumlah gelandangan, pengemis, dan tuna susila. Mereka akan dipulangkan ke tempat asalnya.
Sudah menjadi tradisi tahunan, Ramadan dijadikan gepeng untuk menambah pundi-pundi rupiah. Kondisi ini pun membuat resah masyarakat.
Dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 3 Tahun 2008 tentang Penanganan Gelandangan, Pengemis dan Tuna Susila, para gepeng harus ditindak tegas lantaran dapat menggangu ketertiban, keamanan, dan keindahan Kota Sampit.
“Kita selalu melakukan razia rutin untuk gepeng dan tuna susila yang berkeliaran. Jelang Ramadan ada indikasi bertambah dari luar kota. Jadi, kita akan melakukan razia lagi seminggu sebelum Ramadan tiba,” tambahnya.
Gepeng yang terkena razia akan didata, kemudian diberikan pembinaan oleh dinsos dan dipulangkan ke tempat asalnya. Seperti tahun-tahun kemarin, pihaknya memulangkan puluhan gepeng ke kota tempatnya tinggal.
”Kami juga melakukan pencegahan agar tidak bertambah banyak. Berkoordinasi dengan Satpol PP dan aparat kecamatan serta kelurahan untuk melakukan pendataan terhadap warga baru. Jika terindikasi masuk gepeng, bisa kita lakukan pembinaan,” ujarnya. (rm-75/yit)