Bagarakan sahur tak bisa dilepaskan dengan Ramadan. Tradisi itu tetap dipertahankan meski zaman terus berkembang. Bagarakan sahur juga menjaga solidaritas antarsesama, sebagai pengingat agar menjalankan ibadah puasa di bulan suci.
Puluhan warga yang terdiri dari pemuda hingga dewasa, berkeliling membangunkan setiap orang untuk sahur sebelum waktu imsak tiba. Beragam nuansa lagu, baik daerah hingga asing, diputar dengan suara agak nyaring untuk meramaikan suasana Ramadan.
Mereka menggunakan gerobak yang ditarik kendaraan untuk mengangkut sepiker (pengeras suara), ampli player, dan genset.
Kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun itu, dilakukan selama satu bulan penuh hingga Ramadan berakhir. Di Jalan Iskandar 20, Kecamatan MB Ketapang, rombongan warga yang mengiringi gerobak pengangkut sepiker, berjalan kaki sejauh lima kilometer sejak pukul 01.00 WIB.
Afri (22), salah seorang pemuda yang ikut dalam rombongan itu menuturkan, kegiatan rutin yang mereka lakukan sudah dimulai sejak awal Ramadan lalu. Mereka menggunakan alat dan anggaran patungan dari beberapa orang yang ikhlas menyumbangkan uangnya untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin untuk menyalakan ganset.
”(Bagarakan sahur dilakukan) setiap malam. Sampai pukul 03.30 WIB baru pulang. Masih sempat ada waktu untuk sahur bagi kami semua,” kata Afri kepada Radar Sampit, Selasa (14/6).
---------- SPLIT TEXT ----------
Rute yang ditempuh, yakni dimulai dari Jalan Iskandar 20-Jalan Iskandar-kawasan Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM)-Jalan DI Panjaitan-dan kembali ke lokasi awal. Sekitar dua jam setengah mereka berjalan kaki sejauh lima kilometer. Hal itu dianggap olahraga, sembari berjoget mengikuti irama musik campuran.
”Pemilik alat, sepiker, dan ampli milik teman, Lutfi. Semuanya patungan membeli bensin untuk genset dan sepeda motor. Seikhlasnya saja,” ujarnya.
Suasana akan lebih ramai saat libur sekolah. Sebab, peserta yang berpartisipasi akan lebih banyak. Ratusan orang ikut meramaikan bagarakan sahur mengelilingi rumah warga.
”Jika malam Minggu ramai lagi. Malam ini puluhan orang saja, karena tadi sempat hujan dari pukul 01.00 WIB selama setengah jam. Jadi, dimulai berjalan dari pukul 01.30 WIB. Malam minggu adalah malam liburnya anak-anak sekolah, jadi ramai,” kata Afri.
Bagarakan sahur tidak dilakukan hanya di seputaran Kota Sampit. Di wilayah lainnya, seperti Kecamatan Parenggean, juga masih menjaga tradisi itu. Kemudian di Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang. (mir/ign)