SAMPIT– Psikolog, drs. Yuwono Priadi, MM, Psi mengatakan aksi bunuh diri merupakan puncak depresi seseorang. Salah satu faktor penyebab adalah permasalahan hidup yang telah lama dipendam dan tidak bisa diselesaikan sendiri.
Yuwono yang ditemui Radar Sampit di Puskesmas Baamang II menyampaikan berbagi cerita atau curahan hati (curhat) dengan orang terdekat bisa mencegah seseorang melakukan aksi bunuh diri.
“Pelaku bunuh diri dipastikan menderita depresi, penyebabnya bermacam-macam, mulai dari masalah rumah tangga, buruknya komunikasi dengan orang lain, gagal dalam kehidupan ekonomi. Intinya adalah putus asa menghadapi kehidupan sekarang,” terangnya.
Mantan Kepala Dinas KBKS (sekarang BPPKB) Kotim ini menyebutkan percobaan bunuh diri termasuk dalam gangguan kejiwaan, tapi jika bisa berkomunikasi dengan orang lain maka beban mental akan berkurang.
Seperti kasus yang dialami Sri Wulandari (20), ibu rumah tangga yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di dalam barak tempat tingganya di Jalan Mota Idah, Desa Bajarau, Parenggean, Kamis (30/6) dinihari 01.30 WIB.
Motif kematian Sri yang ditemukan leher tergantung dengan tali masih diselidiki anggota Polsek Parenggean. Saat kejadian, Roni Anggriawan suami Sri sedang pergi berburu di hutan.
---------- SPLIT TEXT ----------
“Kami masih menunggu hasil visum, tapi dari hasil pemeriksaan sementara memang ditemukan tanda-tanda meninggal akibat gantung diri. Sampai saat ini masih belum diketahui apakah ada indikasi pembunuhan atau tidak,” ujar Kapolsek Parenggean Iptu Saldicky Julanda Al Karim, dihubungi koran ini, Jumat (1/7).
Menurut Saldicky, pihaknya masih belum bisa meminta keterangan keluarga Sri, karena mereka masih berkabung atas kehilangan sosok ibu rumah tangga yang dikenal baik dengan tetangga itu.
“Suami dan keluarga belum kami mintai keterangan karena sejak kemarin (Kamis) mereka masih mengurus pemakaman dan hari ini (kemarin) mereka sedang menggelar doa bersama,” tutupnya. (dc/mir/fm)