MENUJU sungai Naning cukup memakan waktu. Dari kota Sukamara harus menaiki perahu getek (perahu mesin kecil) maksimal berkapasitas empat orang, jika lebih, terlalu berisiko. Waktu tempuh menuju muara sungai sekitar 30 menit. Ketika masuk sungai, langsung disambut pemandangan penuhnya tanaman bakung (Crynum Asiaticum L) yang tumbuh di sisi kanan dan kiri sungai.
Lebar sungai Naning tak lebih dari dua meter saja, sehingga pengemudi kelotok harus ekstra berhati-hati mengemudikan laju kelotok. Jika tidak, bisa terjadi tabrakan saat berselisihan dengan kelotok lain yang datang dari arah berlawan, ataupun bisa menabrak kumpulan bakung saat alur sungai berbelok tajam. Sesekali juga pengemudi memaksa laju kelotok menerobos kumpulan tanaman air yang menyelimuti tengah sungai.
“Saat melaluinya harus bisa memainkan kemudi. Jika banyak tanaman menyangkut atau ada kayu terkena roda bisa membuat kipasnya patah,” ujar juru kemudi, Halim.
Melihat kondisi sungai yang masih terawat dan habitat tumbuhan air di sekitarnya, sungai Naning memang menyimpan potensi pelbagai jenis ikan sungai. Wajar jika sewaktu-waktu saat menelusuri sungai, ditemukan pondok-pondok nelayan setempat beratapkan seadanya dengan ukuran tak lebih dari 3x4 meter. Sesekali juga terlihat taut (kail ikan) dan perangkap nelayan di sisi-sisi sungai.
Mencari spot casting di sungai Naning tidaklah sulit. Hampir sepanjang sungai Naning bisa dijadikan spot. Hanya saja, ukuran sungai yang sangat kecil mempersempit area casting. Hanya sedikit terdapat area terbuka. Itupun pemancing harus berhati-hati saat melempar karena masih banyak ranting-ranting kayu mati.
Sekitar 1,5 jam memasuki sungai akan ditemukan sebuah danau. Namun kebanyakan para pemancing tidak begitu tertarik casting disitu, karena lokasi tersebut digunakan oleh nelayan setempat memasang perangkap ikan. “Kita jangan melempar disitu (danau) khawatir mengganggu nelayan. Kita hanya mencari hiburan saja, sedangkan mereka sebagai mata pencaharian,” komentar salah seorang pemancing.
Jika sudah merasa cukup waktu memasuki sungai, maka kita bisa langsung melakukan casting dari atas kelotok di sepanjang alur sungai. Arus sungai yang turun ke muara membuat kelotok dengan sendirinya bergerak, sehingga sangat membantu pemancing melakukan casting ke sisi-sisi bakung dan sebagian pakis yang tumbuh di tepian sungai.
Target casting pemancing biasanya ikan sungai seperti toman, haruan (gabus), kerandang. Namun kebanyakan ikan yang menyambar umpan adalah kerandang. Ukuran ikan bervariasi antara hitungan ons hingga kilogram. Beberapa pemancing yang pernah kesitu juga pernah mendapatkan ikan kerandang raksasa dengan berat hingga puluhan kilogram.
“Sekarang air masih dalam sehingga ikan-ikan masuk ke dalam. Saat kemarau tadi, kami pernah menaikan ikan hingga satu karung. Saat kemarau air sungai surut dan ikan akan mengumpul,” cerita Halim usai melakukan strike perdananya.
Kondisi sungai Naning yang masih terawat dan habitat ikan yang terjaga sudah sepatutnya dipelihara secara bersama-sama. Bukan saja oleh nelayan setempat, tetapi juga oleh seluruh masyarakat Sukamara. Jangan sampai terjadi illegal fishing yang bisa memusnahkan potensi ikan air tawar di sungai yang dikenal berbuaya tersebut. (fzr/fm)