SAMPIT – Beberapa waktu lalu Pemkab Kotim memastikan bahwa produksi beras petani lokal sudah mencapai angka surplus alias swasembada beras, dari target yang ditetapkan. Namun, angka surplus beras tersebut tidak berbanding lurus dengan kondisi nyata di pasar-pasar besar yang ada di Kotim. Hingga kini masih banyak beras-beras dari luar daerah, terutama dari pulau Jawa yang dijual di pasaran lokal.
Kondisi tersebut juga dinyatakan oleh Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar) Kotim, Rihard Siregar. Diakuinya, Kotim belum sepenuhnya mengalami surplus beras.
”Memang kalau menurut perhitungan dari segi pertanian, Kotim sudah surplus beras. Tapi kalau dari segi perdagangan, belum. Karena faktanya, sekarang Kotim masih perlu mendatangkan banyak beras dari luar daerah, terutama pulau Jawa. Kalau betul-betul surplus, seharusnya kita tidak perlu mendatangkan beras dari luar lagi,” ungkapnya baru-baru ini.
Dijelaskan Rihard, jika menurut perhitungan sektor pertanian untuk mencapai kebutuhan pangan masyarakat di Kotim, produksi beras saat ini memang sudah melebihi target. Tapi dari segi perdagangan, konsumsi beras lokal hanya beberapa persen, masih jauh dari 100 persen.
Menurutnya hal ini disebabkan minat masyarakat terhadap beras lokal masih rendah. Meskipun pemerintah telah berupaya keras dalam mempromosikan beras lokal, tapi menurutnya harus diakui mayoritas masyarakat masih lebih memilih beras dari Jawa atau daerah lain.
”Inilah yang harus dipikirkan, bagaimana merubah imej beras lokal agar lebih diminati masyarakat. Karena kami pun tidak bisa menghentikan pasokan beras dari luar daerah, agar masyarakat mengkonsumsi beras lokal. Apalagi di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) seperti sekarang, semua daerah berhak memasarkan produknya ke mana saja,” pungkas Rihard. (vit/gus)