PANGKALAN BANTENG - Perayaan tahun baru biasanya menjadi berkah bagi para penjual terompet dan kembang api. Namun, hoki tersebut tak lagi dirasakan para pendagang di Pangkalan Banteng, Kabupaten Kobar. Hingga tiga hari menjelang pergantian tahun, penjualan terompet tak sebaik tahun sebelumnya.
Biasanya di sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 65-66 Pangkalan Banteng ada lebih dari 10 penjual terompet dan kembang api. Namun tahun ini hanya tiga penjual terompet dan kembang api. Barang daganganya pun tak sebanyak dulu.
Yusuf, penjual terompet asal Desa Karang Mulya, mengaku penjualan turun 70 persen dibanding tahun lalu.”Mulai jualan sejak 10 Desember lalu, baru laku sekitar 50 terompet. Dengan waktu yang sama, tahun lalu sudah laku di atas 150 terompet,” ungkapnya, Selasa (27/12) siang.
Bila tahun lalu Ia berani ambil stok hingga 300 terompet, tahun ini hanya 100 terompet. ”Ambil 100 saja kemarin itu sama pemasok, sepi pasaran. Entah tidak tahu sebabnya, tapi memang makin tidak diminati sepertinya,” tambahnya.
Di depan kawasan Pasar karang Mulya Pangkalan Banteng yang biasanya ramai penjual terompet dan kembang api, kini juga sepi. Meski tampak tiga lapak penjual kembang api, namun hanya satu yang menjual serta terompet.
”Baru laku 25, sepi tahun ini padahal harga juga tidak naik. Terompet biasa Rp 10 ribu, terompet naga Rp 15 ribu, tetap susah lakunya,” kata Romandon, satu-satunya penjual terompet di kawasan itu.
Berbagai cara dilakukan agar terompet yang sudah diambil dan dibayarnya lunas dari pemasok bisa laku. Tidak mengharap untung banyak, bisa kembali modal menurutnya sudah cukup.
”Hari ini terompet biasa saya diskon 25 persen, kita kasih harga Rp 15 ribu untuk dua terompet, tapi sampai siang ini satupun tak laku,” keluhnya.
Tidak hanya terompet, kembang api juga demikian. Jangankan kembang api dengan harga di atas Rp 100 ribu, yang ukuran kecil dengan harga Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu juga seret terjual.
”Yang besar sudah kita diskon, yang Rp 100 ribu itu awalnya kita jual Rp 125 ribu. Tetap saja tidak sebanyak kemarin lakunya,” katanya.
Lemahnya daya beli diduga akibat kenaikan harga-harga kebutuhan menjelang pergantian tahun. Orang lebih mementingkan kebutuhan pokok daripada kebutuhan lain.
”Harga-harga memang naik sekarang, mungkin itu yang jadi pemicu kenapa penjualan terompet dan kembang api lesu. Ditambah lagi hujan di akhir tahun ini sangat sering terjadi, beda dengan tahun lalu. Jadi warga malas beli terompet apalagi kembang api,” katanya.
Harapan terakhir yang ditunggu para penjual terompet dan kembang api di Pangkalan Banteng itu adalah masa pembagian bonus akhir tahun dari perusahaan bagi para pekerja perkebunan kelapa sawit.
”Tinggal tunggu bonusan nanti. Kalau tetap sepi, bisa-bisa rugi. Kalau kembang api bisa disimpan, kalau terompet ini belum tentu kuat sampai akhir tahun depan,” keluhnya. (sla/yit)