SAMPIT – Rencana penutupan tiga lokalisasi di Kabupaten Kotawaringin Timur membuat resah pelacur. Mereka khawatir kehilangan pekerjaan dan rezeki.
Tiga lokalisasi yang bakal ditutup adalah lokalisasi Pal 12 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Lokalisasi Pal 12 Parenggean, dan Lokalisasi Mentaya Hulu.
Seorang pelacur berinisial MR (38) mengaku tengah kebingungan. Pihaknya belum mendapatkan penjelasan secara langsung dari Pemerintah Kabupaten Kotim tentang rencana penutupan dan kompensasi yang diberikan.
Lokalisasi yang dulu terkenal ramai, kini jadi sepi pengunjung. Kabar penutupan tersebut membuat pelanggan tak lagi mencari hiburan di tempat esek-esek itu. ”Yang biasa datang minum, dan main ke sini sekarang sudah jarang,” tambah MR, Kamis (16/2).
Ketua RT 08 Kelurahan Pasir Putih Markaban menerangkan, hingga sekarang belum ada satu pun petugas dari instansi terkait yang menyampaikan rencana tersebut. Dia minta dinsos datang dan menjelaskan kepada warga agar tidak menimbulkan kegelisahan.
”Penting mengetahui rencana pemerintah sebelum hari pelaksanaan nanti,” tegas Markaban.
Saat ini lokalisasi sepi, baik siang atau malam. Bahkan saat malam Minggu juga sunyi. Karaoke yang buka tinggal 20, sedangkan PSK tidak lebih dari 100 orang.
”Mereka semua khawatir jika ada penutupan mendadak, tetapi persiapan tidak ada. Banyak yang keluar dari sini,” ucapnya.
Sementara itu Kepala Dinsos Kotim Heriyanto menjelaskan, rencana penutupan lokalisasi tidak dilakukan secara serentak, tapi bertahap. Dinsos akan lebih dulu mendata dan sosialisasi, sekaligus mendengarkan keinginan pengelola dan PSK. Pada 2018, penutupan mulai akan berjalan. Ada uang ganti rugi kepada PSK dan pengelola karaoke. Ditargetkan pada 2019 semua lokalisasi di Kotim tutup total. Sedangkan bagi yang tetap mengotot akan ditindak tegas oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
”Tugas kita memantau tiga bulan sekali. Terakhir per Desember 2016, ada 196 orang PSK di Pal 12, Parenggeran 77 orang, di Tangar ada 20 orang,” ucap Kepala Dinsos Kotim, Heriyanto, belum lama ini.
Dirinya menyebutkan, PSK yang mereka pantau hanyalah yang bertempat di lokalisasi. Sementara untuk PSK di luar lokalisasi, dinas tidak bisa memastikan.
Jumlah PSK di Kotim cenderung meningkat. Terutama setelah penutupan PSK-PSK di luar daerah seperti di Surabaya. ”Tapi kami tidak mengecek asal muasal mereka. Kalau kita melihat, trennya waktu itu memang sempat bertambah,” imbunya.
Penutupan lokalisasi ini menindaklanjuti rencana Kementerian Sosial yang menginginkan agar Indonesia bebas lokalisasi pada 2019. Pemkab telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak rencana penutupan tersebut. Salah satunya dengan sosialisasi kepada warga sekitar.
”Rencananya antara April atau Mei akan kita lakukan sosialisasi penutupan. Jika terkendala, maka akan difinalkan setelah Lebaran, sekitar bulan Juli,” pungkasnya. (mir/sei/yit)