PALANGKA RAYA – Kota Palangka Raya bisa dikatakan menjadi zona merah bahaya kebakaran. Paling banyak melanda kawasan pemukiman warga dan didominasi karena dugaan korsleting listrik. Tercatat Januari-Mei 2017, ada 21 musibah kebakaran terjadi di Palangka Raya. Dengan total kerugian mencapai hampir Rp2,4 miliar.
“Hampir rata-rata 60 persen akibat arus pendek listrik, tapi ada juga akibat lilin dan BBM (bahan bakar minyak) saat melangsir dan sebagainya. Paling dominan listrik,” ungkap Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota, Anwar Sanusi Umar Gayo melalui Kabid Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas SDM, Wawan Berlinson, Senin (12/6).
Wawan menerangkan musibah kebakaran paling banyak di kawasan pemukiman padat penduduk. Karena terbuat dari pondasi kayu dan rata-rata merupakan bangunan berumur atau tua, sesuai apa disampaikan oleh Wakil Wali Kota Palangka Raya Mofit Saptono Subagio belum lama ini.
“Kawasan penduduk beberapa kali kejadian, khususnya di jalur bantaran Sungai Kahayan seperti di jalan Kalimantan, Gang Mandau dan di bawah Flamboyan. Kalau kami hitung kira-kira kerugian materi hampir Rp 2,4 miliar dari 21 kali musibah kebakaran,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Wawan membeberkan musibah kebakaran paling banyak terjadi di kawasan Kecamatan Pahandut. Dengan alasan memiliki banyak penduduk dan bangunan rawan kebakaran serta fasilitas listrik semerawut.
“Pahandut memang meruapakan daerah merah rawan kebakaran, terkhusus di daerah bantaran sungai karena bangunan kayu serta akses pemadam kebakaran sulit,” ucapnya.
Wawan mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. “Sebelum meninggalkan rumah harus dipastikan betul rumah dalam keadaan aman. Sehingga nantinya tidak perlu khawatir hal-hal yang tidak di inginkan terjadi,” sebut Wawan.
Baik mulai dari pencegahan korsleting listrik dengan mencabut semua steker dari colokannya. Mulai dari Ac, televisi, kulkas ataupun peralatan elektronik lainnya. Setelah itu, periksa semua peralatan dapur terutama kompor.
“Baik Kompor gas maupun kompor minyak tanah, harus sudah benar-benar dipastikan padam. Untuk kompor gas supaya lebih aman, lepas regulator kompor dari tabung gas elpiji,” sebut dia.
Dan terakhir, tambah Wawan, tidak kalah penting adalah melaporkan diri ke ketua RT setempat ataupun tetangga sebelah rumah. Memberitahukan jika akan mudik Lebaran, dan jangan lupa meninggalkan nomor telepon yang bisa dihubungi.
“Jadi rumah bisa aman, atau jika memiliki keluarga yang tidak mudik bisa menitipkan rumah kepada sanak saudara tersebut. Terakhir meninggalkan nomor telepon sangat penting agar bisa dihubungi ketika ada hal-hal yang bersifat darurat,” pungkasnya. (daq/vin)