PALANGKA RAYA– Niat masyarakat untuk menunaikan ibadah haji mesti ditahan dahulu alias bersabar. Bagaimana tidak, berdasarkan daftar tunggu Calon Jemaah Haji (CJH) di Kalteng. CHJ harus menunggu hingga 16 tahun untuk haji regular dan lima tahun untuk haji jalur khusus. Sebab hingga kini di Kementrian Agama Kalteng sudah ada 3.300 CJH didaftar tunggu.
Hal itu diuangkapkan langsung Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palangka Raya, H Baihaqi, Rabu (12/7) usai mendampingi Wakil Wali Kota Mofit Saptono membuka secara resmi kegiatan Manasik Haji 1438 H di Aula Arafah Asrama Haji Kalteng.
Baihaqi menyebutkan hal itu bukan tanpa alasan karena semakin tahun minat masyarakat semakin meningkat untuk bisa beribadah haji dan menjadi haji mabrur.
“Tahun ini kita berangkatkan calon jemaah haji 248 orang dan satu petugas haji, perampuan 134 orang. Nah daftar tunggu 3300 atau sekitar 16 tahun regular. Namun untuk khusus hanya lima tahunan berjumlah 500 dan biaya khusus 50-125 juta, sedangkan ONH (ongkos naik haji) Rp 34 juta lebih,” ucapnya.
Dia menerangkan daftar tunggu banyak karena minat masyarakat jadi semakin tinggi setiap tahun. Terlebih sempat ada pemotongan kuota walaupun sejak tahun 2017 sudah ada pengembalian kuota semula sebanyak 20 persen. Sementara penambahan kuota lagi belum bisa karena daya tampung, kepanitiaan dan kesiapan dalam rangka pelaksanan ibadah haji belum bisa dilakukan.
“Seperti di Arafah dan Mina sehingga membuat kemah maupun penginapan menjadi terkendala. Kalau kuota Kalteng 1.300 jemaah dan tidak ada pembatasan kuota di kabupaten maupun kota, Untuk JCH tertua atas nama Abdul Muis dengan usia 81 tahun, sedangkan yang termuda JCH atas nama Jainatunnisa dengan usia 30 tahun,” ucapnya.
Baihaqi menerangkan berbicara manasik haji, kesehatan dan kebugaran fisik dan kesehatan menjadi bagian penting ketika JCH menunaikan rukun Islamnya tersebut
“Saya meminta para JCH, dapat melakukan kesiapan fisik, seperti fisik dan mental termasuk penguasaan dalam hal menunaikan ibadah haji,"ungkapnya.
Kata dia pada pelaksanaan ibadah haji, maka faktor keragaman usia akan terlihat. Hanya saja faktor kesehatan bagi JCH tidaklah memandang tua atau muda. Sebab bisa saja yang muda tidak memiliki kebugaran dan kesehatan yang prima dibanding yang tua
"Karena itu, sikap fisik dan mental yang dibalut dalam sebuah jiwa yang sehat menjadi sangat penting, karena tujuan kesana adalah menunaikan ibadah dan menjadi haji yang mabrur. Maka itu manasik bagian penting yang harus dikuasai sebagai ilmu untuk menunaikan ibadah haji,” ucapnya.
Dia menambahkan ketika seseorang mampu menguasai dengan baik, maka akan lebih mempermudah dalam melaksanakan proses ibadah hajinya. Sehingga sebaiknya para JCH tidak perlu segan dan sungkan menggali ilmu ibada haji dengan handai taulan atau kerabat yang sebelumnya telah melaksanakan ibadah haji.
“Sebab itu kita berharap para JCH dapat mengikuti semua tahapan haji dengan baik, termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan pengertian tentang pelaksanaan haji. Bimbingan manasik ini penting untuk diikuti dengan sungguh-sungguh," pungkasnya.
Sementara itu Wakil Wali Kota Mofit Saptono Subagio mengatakan kegiatan bimbingan manasik haji sangat penting bagi JCH. Sebab kata dia tidak sedikit yang mengabaikan tentang penguasaan cara menunaikan ibadah haji yang baik dan benar.
Selain penguasaan keilmuan untuk menunaikan ibadah haji, maka seseoarang JCH juga harus mampu meningkatkan kesabaran, meluruskan niat karena Allah, disiplin mengatur waktu dan menjaga kesehatan
“Manasik haji ini sebagai sarana memperlengkap keilmuan dari pelaksanaan untuk menunaikan ibadah dari JCH, sehingga rukun Islam yang didapat pun menjadi sempurna,” pungkasnya. (daq/vin)