PALANGKA RAYA – Jagat media sosial kemarin diramaikan dengan sebuah foto cuplikan lembaran halaman buku yang menyebutkan Ibu Kota Israel adalah Yerusalem. Buku itu disebut-sebut buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 6 SD terbitan Yudistira.
Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Slamet Winaryo mengaku belum menerima informasi mengenai peredaran buku tersebut di Kalteng. Dia juga tak ada mendapat laporan dari dinas terkait di kabupaten dan kota. Meski demikian, pihaknya akan mengambil langkah terkait informasi tersebut.
”Saya secara resmi belum mendapat informasi resmi dari teman-teman di dinas pendidikan kabupaten dan kota terkait peredaran buku IPS itu di medsos,” kata Slamet, Selasa (12/12).
Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan dinas kabupaten dan kota, sekaligus mempelajari beredarnya buku itu. Dia memastikan, apabila sumber masalahnya sudah jelas dan ada beredar di Kalteng, pihaknya akan mengambil tindakan melaporkan hal tersebut ke gubernur.
”Setelah jelas sumber masalahnya, kami akan segera lapor pada pimpinan untuk menyiapkan surat kepada pihak penerbit, kepala dinas pendidikan kabupaten dan kota, serta satuan pendidikan untuk menarik dan tidak menggunakan buku tersebut,” tegasnya.
Hal serupa dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Kotim Bima Ekawardana. ”Informasi itu masih dilakukan pengecekan di lapangan. Dari gambar dan bahasanya, sepertinya buku mata pelajaran IPS. Hingga saat ini belum ada laporan masuk ke saya,” kata Bima.
Dia mengaku sudah menyampaikan ke UPTD di setiap kecamatan, untuk mengecek dan memastikan keberadaan buku tersebut. ”Saya minta UPTD memeriksa langsung ke setiap sekolah. Lakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru sekolah dasar di wilayah kecamatan,” ujarnya.
Bima juga berjanji akan menyampaikan hasil pengecekan lapangan yang dilakukan UPTD. Sebab, itu merupakan bentuk pengawasan yang dilakukan secara berjenjang, mengingat cukup banyak sekolah dasar di Kotim saat ini. ”Semoga tidak ada di temukan di Kotim. Sebab, hal ini cukup menjadi isu sesitif saat ini,” katanya.
Dalam buku itu dituliskan, Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Unggahan yang tersebar di Facebook dan WhatsApp itu menjadi ramai diperbincangkan menyusul keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Keputusan sepihak terhadap kota yang disengketakan selama puluhan tahun itu kembali membangkitkan amarah yang kuat di seluruh dunia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI membenarkan buku itu merupakan buku terbitan Yudhistira Tahun 2008.
”Ya, itu buku yang di SK-kan tahun 2008. Itu merupakan hasil penilaian dari Kemendikbud pada 2008 itu untuk menjalankan Kurikulum 2006," kata Kepala Litbang Kemendikbud RI Totok Suprayitno di Jakarta, Selasa (12/12).
Totok mengatakan, pihaknya menyambut positif respons masyarakat dalam menanggapi informasi soal isu buku IPS kelas 6 tersebut. Masyarakat kini sudah jeli dalam menerima bahan pelajaran yang ada di satuan pendidikan.
”Artinya apa? Ekosistem perbukuan jalan. Bahwa masyarakat peduli ada bahan ajar yang mungkin salah dikirim kepada anak-anak kita dan tidak diam. Nah, ini salah satu tanda yang baik. Jadi, masyarakat peduli dan melaporkan ada koreksi melalui medsos," papar Totok.
Diketahui, aturan soal terbitan buku pelajaran ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan. Aturan itu menyatakan, buku pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti dan dinyatakan layak oleh Kemendikbud untuk digunakan pada satuan pendidikan.
Selanjutnya, Totok meminta pihak penerbit untuk meralat kesalahan informasi yang ada di dalam buku tersebut. ”Buku itu agar tidak terus menerus salah, akan segera dilakukan ralat. Lalu, yang sudah ada di website itu di-off dulu sementara sampai nanti ada koreksi," pungkasnya.
JawaPos.com (Jawa Pos Group) berusaha menghubungi Kantor Redaksi Yudhistira yang di Bogor, Jawa Barat. Saat dihubungi pertama kali, belum ada yang mau memberikan pernyataan resmi dari pihak Yudhistira.
Resepsionis menyatakan bahwa jajaran marketing dan redaksi tengah mengadakan rapat dan meminta untuk kembali menghubungi beberapa saat lagi. Untuk kedua kalinya, lagi-lagi tak ada jawaban dan meminta untuk kembali menghubungi besok hari. (sho/dc/ign/jpc)