PANGKALAN BUN – Ancaman demam berdarah kembali mengincar warga Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Seperti yang terjadi pada Sabtu (24/2) pagi, dua warga Mendawai harus dirujuk ke RSUD Sultan Imanuddin, karena suspect (terduga) demam berdarah dengue (DBD).
Sebelum dievakuasi, Siti Rohani dan Muhamamd Maksum yang merupakan dua bersaudara ini sempat mendapatkan rawat jalan dan pemantauan dari puskesmas Mendawai.
Sekretaris Kelurahan Mendawai, Rangga Lesmana mengatakan bahwa dua warganya diduga terjangkit demam berdarah sejak dua hari lalu.
”Mereka kakak beradik, Siti Rohani sudah sakit dua hari dan adiknya Muhammad Maksum baru sehari. Kemarin begitu dapat laporan, petugas Puskesmas langsung turun. Mereka diberi obat dan infus. Selanjutnya pagi tadi dibawa ke RSUD,”terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Fogging sudah dilakukan sejak minggu lalu. Namun dengan kejadian ini maka warga diminta untuk lebih waspada.
”Ini masih musim hujan, bahkan infonya bulan-bulan ini masuk puncaknya. Jadi warga kita imbau untuk menjaga kebersihan lingkungan terutama pada genangan air yang tertampung dari barang bekas,”katanya.
Sementara itu Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kobar, Herdardi membenarkan bahwa saat ini warga Kobar wajib mewaspadai ancaman demam berdarah. Pasalnya sudah ada satu penderita meninggal dunia yang berasal dari wilayah Mendawai Seberang.
”Warga kita minta waspada, bahkan seluruh Puskesmas di Kobar kita siagakan,”ujarnya.
Ditambahkan, sejak Januari hingga menjelang akhir Februari ini sudah sekitar 40 kasus positif demam berdarah. Kasus sebanyak itu ditemukan di wilayah kecamatan Arsel dan Kotawaringin Lama.
“Di Arsel itu Madurejo, Sidorejo menjadi wilayah endemik. Kalau di Kolam terjadi di Desa Ipuh Bangun Jaya dan Desa Riam Durian,”tandas Herdardi.
Ia juga menuturkan, dengan kejadian itu masyarakat diminta untuk waspada. Selain diminta untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) warga dipersilakan meminta bubuk abate di setiap Puskesmas atau pusat pelayanan kesehatan di masing-masing desa. Abate diberikan secara gratis.
”Fogging juga bisa kita lakukan, namun itu hanya untuk wilayah yang setelah dilakukan Penelitian Epidemiologi (PE) nya positif. Tapi tetap saja mencegah jadi lebih baik dengan PSN dan penaburan bubuk abate,”pungkas Herdardi. (sla/gus)