PALANGKA RAYA – Progres pengembangan sejumlah komoditas, seperti kakao dan kopi di Kalimantan Tengah (Kalteng) terus berjalan. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang menjadi salah satu daerah pengembangannya, sudah disiapkan lahan seluas 105 hektare untuk kakao dan 200 haktare untuk kopi.
Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rawing Rambang menyebutkan, pengembangan komoditas itu terus meningkat. Hal ini seiring dengan dukungan pemerintah pusat yang berencana membantu pengembangan masing-masing 1.000 haktare untuk pengembangan kopi dan kakao.
"Ini kan sudah berjalan pengembangannya. Pusat menyampaikan dukungan. Jadi, dipastikan peningkatan produksi akan terjadi pada dua komoditas itu,” katanya, kemarin.
Selain kopi dan kakao, lanjutnya, pemerintah juga memastikan akan mengembangkan kelapa dalam, khususnya di wilayah pesisir. Kelapa dalam memiliki nilai jual yang cukup tinggi, sehingga berpontensi meningkatkan perekonomian masyarakat. Bahkan, apabila mampu dikembangkan lebih banyak, bukan tidak mungkin akan ada produk turunan dari kelapa yang bisa diolah.
Menurutnya, wilayah Kalteng terutama di kawasan pesisir, secara geografis memungkinkan untuk pengembangan kelapa dalam. Karena itu, bukan tanpa alasan pemerintah memilik komoditas ini untuk dikembangkan.
"Wilayah Kalteng ini mendukung tidak hanya kelapanya, tapi kopi dan kakao. Kan dari dulu masyarakat kita sudah menanam kopi dan kelapa yang juga tidak kalah banyaknya. Nah, tinggal dioptimalkan lagi, terutama programnya,” ucapnya.
Program ini juga demi merealisasikan salah satu misi pemerintah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor perkebunan. Sebab, ucapnya, Gubernur sudah berulang kali menyampaikan bahwa Kalteng tidak boleh terlalu bergantung dengan hasil tambang dan CPO.
Sekarang, Pemprov Kalteng terus berkoordinasi dengan kabupaten dan pemerintah pusat guna mempercepat realisasi pelaksanaannya. Apabila komoditas ini mampu dikembangkan secara besar dan berdampak ekonomi, penurunan harga karet dan rotan tidak perlu dirisaukan lagi.
"Pengembangan tanaman kakao, kopi, dan kelapa ini dilakukan pemerintah karena mempertimbangkan harga karet dan rotan yang tidak jelas. Komoditas yang akan dikembangkan ini tidak ada kendala yang berarti bagi petani,” ucapnya. (sho/ign)