SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Selasa, 06 Maret 2018 14:44
Menegangkan! Sejumlah Kepala Desa Berdiri dan Protes
HAMPIR RICUH: Beberapa kepala desa terlihat berdiri karena protes data fakir miskin 2015 yang dianggap tidak valid karea data tersebut tetap dijadikan sebagai acuan setiap tahun.(ARIFIN/RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Pembukaan sosialisasi tentang verifikasi dan validasi data terpadu penanganan fakir miskin serta bimbingan teknis basis data terpadu bagi petugas verifikasi dan validasi di Hotel Werra Sampit hampir ricuh. Penyebabnya, data 2015 dianggap tidak valid, namun tetap dijadikan acuan.

Informasi dihimpun Radar Sampit, ratusan kepala desa dan lurah sekabupaten Kotim diundang untuk mengikuti sosialisasi yang digelar Dinas Sosial Kotim. Narasumber pada kegiatan tersebut adalah Kepala Biro Badan Pusat Statistik (BPS) Kotim M Guntur. Pada saat Guntur memaparkan mengenai data fakir miskin tahun 2015, ada beberapa kepala desa langsung protes karena data dianggap tidak valid.

Suasana sempat memanas karena data 2015 sering dijadikan acuan untuk menyalurkan bantuan kepada fakir miskin. Kades sering jadi sasaran kekesalan warga miskin yang tidak terdata. Kepala desa tidak bisa berbuat banyak karena bukan mereka yang melakukan pendataan di lapangan, melainkan petugas dari BPS.

”Data 2015 itu tidak valid dan terkesan mengada-ada, tapi data itu terus dipakai padahal data fakir miskin setiap tahun pasti berubah. Kenapa data 2015 itu dipakai,” tanya Ketua Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Kotim Rusdiansyah saat sosialisasi di Hotel Werra, Senin (5/3).

Rusdi menegaskan,  setiap pelaksanaan sensus penduduk terutama untuk mendata warga fakir miskin, BPS tidak melibatkan aparatur desa bahkan ketua RT/RW, sehingga data di lapangan terkesan serampangan alias tidak valid.  

”Kami ini sering ditanya warga, kenapa yang mampu justru mendapat bantuan sedangkan betul-betul miskin tidak merima bantuan. Lalu apa yang kami bilang kepada warga, itu data dari statistik bukan dari desa,” tegas Rusdi dan didukung seluruh kades yang hadir pada acara tersebut.

Senada disampaikan Kepala Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Telaga Antang, Wawan Ismanto. Dia mengungkapkan akibat data tidak valid dari BPS ada salah seorang kepala sekolah dasar berstatus pegawai negeri justru menerima bantuan dari pemerintah.  

“Kami juga bingung kenapa tiap tahun data warga desa yang miskin di tempat kami turun dan tanpa kami ketahui. Bahkan ada Kepala SDN Telaga Antang yang sudah PNS, menerima bantuan. Terus terang, untuk program ranstra kami tidak mau ambil risiko karena data yang kami terima sudah tidak valid, kami harapkan data itu segera direvisi,” saran Wawan.

Ketua Apdesi Kecamatan Mentaya Hilir Utara (MHU) Tediansyah mengatakan, memang ada petugas dari BPS yang turun ke desa untuk melakukan pendataan warga.

“Memang ada sebagian petugas yang langsung turun ke lapangan, mereka ada yang melibatkan langsung aparatur desa dan ketua RT/RW namun ada juga petugas yang tidak melibatkan aparatur desa maupun ketua RT/RW. Inilah kadang-kadang data bisa tidak valid,” ujarnya yang juga menjabat Kepala Desa Bagendang Kecamatan MHU ini.

Terkait berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh Apdesi dan kepala desa, Kepala Biro BPS Kotim M Guntur menyampaikan bahwa pihaknya sudah menjalankan tugas sesuai dengan standar operasional prosedur, yakni mengutus petugas untuk melakukan pendataan di lapangan.

Sebelum ditugaskan ke lapangan, petugas sudah dilatih teknis mendata penduduk. Selain itu, BPS juga telah mengadakan konsultasi publik turun ke tiap desa. Konsultasi publik itu bertujuan untuk memberikan kesempatan baik kepada aparatur desa maupun RT mengusulkan nama warga miskin.

 “Saya sepakat data fakir miskin itu seharusnya diupadate setiap tahun, tapi kami dari BPS hanya diberi waktu beberapa tahun sekali untuk melakukan update data,” terangnya.

Proses untuk pendataan penduduk cukup panjang, misalnya mengadakan konsultasi publik dan mengutus petugas mendata langsung ke lapangan. Tidak sampai di situ, petugas kembali melakukan verifikasi data dan nanti data itu juga diusulkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi. (fin/yit)


BACA JUGA

Kamis, 26 Juni 2025 16:59

Disdik Waspadai Siswa Tak Tercatat di Dapodik

SAMPIT – Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengingatkan pentingnya…

Kamis, 26 Juni 2025 16:59

Disiplin ASN Jadi Prioritas, BKPSDM Kotim Tegaskan Tak Ada Pembiaran

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan komitmennya dalam…

Kamis, 26 Juni 2025 16:58

Disbudpar Gelar Pameran Budaya di Museum Kayu

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus mendorong peran…

Kamis, 26 Juni 2025 16:58

Pemkab Dorong Digitalisasi Kearsipan

SAMPIT–Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan komitmennya dalam mendorong…

Rabu, 25 Juni 2025 17:06

Satpol PP Imbau PKL Tak Berjualan di Ruang Milik Jalan

SAMPIT – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Kotawaringin…

Rabu, 25 Juni 2025 17:05

Fleksibilitas Kerja ASN di Kotim Masih Dikaji

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyambut terbitnya Peraturan…

Rabu, 25 Juni 2025 17:05

Finalisasi Dokumen Kontingensi 2025–2027 Masuki Tahap Akhir

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus memperkuat kesiapsiagaan…

Rabu, 25 Juni 2025 17:04

Pemkab Sosialisasi Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus mendorong peningkatan…

Selasa, 24 Juni 2025 17:20

Pengawasan Internal SOPD Perlu Diperbaiki

SAMPIT — Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)…

Selasa, 24 Juni 2025 17:20

Bupati Naikkan Target IPM dan Tekan Kemiskinan

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus memperkuat arah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers