SAMPIT – Buaya yang menyerang warga Desa Ganepo menjadi peringatan bagi warga setempat. Pasalnya, predator sungai tersebut disinyalir berburu mangsa karena makanan alami yang sudah sulit ditemukan karena habitatnya kian rusak.
Hewan liar yang biasanya jadi sumber makanan buaya, seperti monyet, babi, dan lainnya, mulai sulit ditemukan. Akibatnya, manusia jadi sasaran.
”Dari kejadian beberapa tahun terakhir, di sekitar Sungai Remiling (anak Sungai Mentaya), sudah ada empat kali serangan buaya. Menurut keterangan saksi dan korban (yang terdahulu), buaya yang menyerang bermoncong panjang atau buaya sapit,” kata Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit Muriansyah, Selasa (3/4).
Muriansyah mengungkapkan, saat pemasangan pancing dalam upaya penangkapan buaya dua pekan lalu, pihaknya sempat melihat dua ekor buaya sedang berjemur. Panjangnya sekitar 1 meter dan 2,5 meter. Namun, ketika didekati, buaya itu langsung menceburkan diri ke sungai dan menghilang.
Menurutnya, populasi buaya diperkirakan lebih dari 1-2 ekor. Untuk melindungi masyarakat agar aman dari serangan buaya, upaya penangkapan buaya memang harus dilakukan. Hanya saja, hal itu tak mudah.
Menangkap pemangsa bergigi tajam itu harus didukung peralatan yang layak dan aman digunakan tanpa membunuh buaya. ”Kami akan ke lokasi serangan nanti,” kata Muriansyah.
Seperti diberitakan, buaya di perairan Sungai Mentaya daerah Desa Ganepo kembali mengganas. Seorang remaja, Yapqhu Kauli, disambar buaya ketika hendak mandi di lanting, Senin (2/4). Nyawanya selamat, meski tangannya mengalami luka akibat serangan mematikan predator tersebut.
peristiwa yang menimpa pelajar SMA tersebut terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Ketika Kauli turun lanting di sekitar bantaran Sungai Mentaya, ternyata buaya sudah menanti untuk memangsa.
Saat tangan korban masuk ke air, mengambil air untuk mandi, buaya tersebut tiba-tiba muncul ke permukaan dan langsung menyambar Kauli. Remaja itu berjuang dari maut, berusaha melawan dan melepaskan gigitan buaya, hingga akhirnya berhasil. Kauli langsung berteriak meminta pertolongan memanggil kedua orang tuanya di rumah.
Siap Membantu
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim ikut ambil bagian dalam mengatasi serangan buaya di Desa Ganepo. Instansi itu akan bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) dan BKSDA untuk mendatangi lokasi serangan buaya.
”Tujuannya masih dalam pembentukan Desa Tangguh. Selain mampu menghadapi masalah kebakaran hutan dan lahan, kami juga mengajak DPKP dan Manggala Agni dari BKSDA untuk menyampaikan informasi dan pemahaman dalam mengantisipasi serangan buaya,” kata Kabid Kesiapsiagaan BPBD Kotim Punding, Selasa (3/4).
Dia menuturkan, minimnya sarana prasarana petugas untuk menangkap buaya juga akan dipertimbangkan. Hal itu demi kepentingan warga desa tersebut. Jika memungkinkan, alat bantuan akan didatangkan.
”Nanti akan kami koordinasikan dengan pimpinan, apakah bisa membantu mereka hanya dengan alat. Kalau melihat situasinya, petugas BKSDA memerlukan bantuan untuk menangkap buaya agar masyarakat bisa tenang,” ujarnya.
Pihaknya juga akan melibatkan masyarakat. Menyampaikan materi untuk warga dalam menghadapi setiap ancaman. ”Jika memang mau mengatasi masalah yang dihadapi, mulai dari masyarakatnya terlebih dahulu. Pasalnya, meskipun pemerintah berjuang menjaga, jika tidak mendapat dukungan warga akan percuma,” tuturnya. (mir/ign)