SAMPIT – Crane kapal seberat tiga ton lebih merenggut nyawa Aman (35). Buruh lepas tersebut langsung tewas setelah tubuhnya remuk tergencet alat bongkar muat kapal, Kamis (3/5).
Crane sepanjang sekitar 12 meter itu beroperasi memindahkan ratusan sak pupuk dari Kapal Lintas Bahari 23 ke dalam tiga truk. Awalnya proses pemindahan berjalan lancar. Crane itu bekerja normal mengangkut pupuk dari kapal ke tiga truk yang berjejer tersebut. Sekali bergerak, crane tersebut mampu mengangkut 20 sak seberat 50 kilogram per sak.
Petaka tiba saat crane itu selesai memindahkan karung ke atas truk nahas tersebut. Saat posisi crane berada di atas truk, tiba-tiba salah satu kerangka besi crane terpisah. Akibatnya fatal. Crane itu langsung ambruk.
Celakanya, di atas truk tersebut masih ada Aman dan Supiani yang bertugas menyusun pupuk. Supiani bernasib lebih baik. Dia yang menyadari crane itu jatuh, langsung melompat dari truk menyelamatkan diri.
Aman tak seberuntung Supiani yang hanya terluka di beberapa bagian tubuhnya akibat terkena gesekan crane. Aman terlambat menghindar, sehingga tubuhnya langsung tertimpa crane yang beratnya berton-ton itu.
Aman yang merupakan keponakan Supiani, tewas seketika karena tubuhnya remuk. Tulangnya banyak yang patah, terutama di leher. Warga sekitar langsung geger dan mendekati lokasi kejadian. Mereka juga langsung berupaya mengevakuasi Aman.
”Saat kami keluarkan dari bak truk, Aman sudah tidak ada napasnya. Sedangkan Supiani, saat melompat, besi (crane) menghantam pinggang dan paha. Dagunya juga luka. Dia jalan pincang,” ucap M Syahril, warga yang tinggal hanya beberapa belas meter dari lokasi kejadian.
Syahril yang juga paman korban menambahkan, pihaknya saat kejadian tengah santai di rumah. Kemudian terdengar suara benturan keras besi dan baja. Mereka langsung berhamburan keluar untuk melihat situasi.
Setelah mengatahui keponakanya dihantam crane, dia bersama warga sekitar langsung berusaha mengevakuasi jasad korban sampai petugas kepolisian tiba di lokasi kejadian. ”Jasadnya sudah dibawa polisi. Mau divisum,” katanya.
Syahril mengaku tidak mengetahui operator crane tersebut. Menurutnya, operator tersebut bukan warga setempat dan telah dibawa petugas bersama beberapa orang. ”Jadi saksi katanya,” ujar Syahril.
Setelah divisum, jasad korban akan dibawa ke rumah duka di Jalan Ir Juanda 21 dan akan disalatkan sebelum dikebumikan.
Sementara itu, Alfian (34), rekan sejawat korban selama sembilan tahun sebagai buruh, tak menduga Aman tewas dalam kecelakaan kerja. Noda darah Aman di celana Afian saat mengangkat mayat korban dari dalam bak truk yang diimpit crane, terlihat masih segar.
Dia hanya bisa terduduk dan termenung di depan truk yang sudah ringsek itu. Rasa duka terlihat jelas di gurat wajahnya yang muram. ”Saya sembilan tahun kerja sama dia (korban). Almarhum memiliki anak tiga,” ujarnya.
Uang hasil kerja, lanjutnya, habis untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu anak korban saat ini berada di salah satu pondok pesantren. Almarhum ingin agar anaknya bisa lebih baik darinya, terutama di bidang agama. (mir/ign)