Di Aceh, ada tradisi jelang Ramadan yang disebut Meugang. Di Sampit, Kotawaringin Timur, tradisi menyantap daging saat sahur pertama itu pun juga ada. Magang, namanya.
USAY NOR RAHMAD, Sampit
Ramadan akan tiba pekan depan. Suasana kios daging di Pasar Mangkikit, Jalan MT Haryono, Sampit, Rabu (9/5) malam, masih terbilang sepi. Sama seperti malam biasanya, belum ada peningkatan pembeli.
”Masih normal belum ada peningkatan pembeli yang signifikan,” ungkap Vicky, pedagang daging sapi.
Biasanya peningkatan penjualan daging baru akan terasa saat H-1 Ramadan. Sebab, saat itu biasanya akan banyak warga yang membeli daging sapi. Peningkatan permintaan akan daging sapi biasanya terjadi hingga hari kedua puasa.
Saat itu, warga yang merantau biasanya pulang ke kampung halamannya untuk menikmati nuansa Ramadan bersama keluarga tercinta. Mereka akan melaksanakan sahur pertama bersama dengan hidangan terbaik. Salah satunya daging sapi yang diolah menjadi berbagai hidangan.
”Memang tak harus daging sapi. Tapi biasanya daging sapi ini mampu menggugah selera makan. Apa lagi sahur pertama,” jelas Aluh, warga Sampit yang biasa melaksanakan tradisi magang.
Tak hanya makan bersama. Namun juga ada arti kebersamaan di dalamnya. Warga di tanah rantau biasanya akan merindukan suasana magang atau sahur awal Ramadan ini.
Di sejumlah daerah contohnya Aceh, tradisi ini masih lestari. Bahkan menjelang Ramadan pasar-pasar dijejali penjual daging sapi dan pembelinya. Alhasil harga daging sapi pun melejit.
”Kalau di Sampit awal Ramadan sama saja seperti hari biasanya,” kata Vicky, anggota Asosiasi Pedagang Daging Sapi Sampit ini.
Kendati demikian, bukan tak mungkin akan terjadi kenaikan harga daging sapi. Apalagi jika terjadi peningkatan permintaan.
”Pokoknya kalau permintaan naik, otomatis harga pun mengikuti,” jelasnya.
Saat ini harga daging sapi masih Rp 120 ribu per kilogram. Bila permintaan naik harga bisa naik hingga Rp 140 ribu per kilogram.
Hingga kini belum ada peningkatan signifikan sehingga pedagang daging sapi belum menambah jumlah sapi yang dipotong. Di hari biasa pedagang memotong dua ekor sapi per hari. Bila terjadi peningkatan, jumlah sapi yang dipotong pun akan bertambah. Ini akan berpengaruh terhadap biaya potong yang kemudian mengakibatkan harga daging terkerek.
”Saat ini kami hanya melayani langganan rutin seperti rumah makan dan pedagang pentol. Lainnya pembeli biasa,” jelas Vicky.
Berbeda dengan awal Ramadan, peningkatan permintaan akan daging sapi dipastikan naik bila menjelang Lebaran. Tentunya harganya pun akan melambung menyesuaikan dengan mekanisme pasar.
”Yang jelas, insya Allah pasokan daging sapi aman baik jelang Ramadan maupun Ramadannya nanti,” pungkas Vicky. (yit)