SAMPIT – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) nyaris menelan korban jiwa. Wina Alawiyah (20), warga Jalan Mohammad Hatta, jalur lingkar luar Kota Sampit, hampir kehilangan buah hatinya, Ajril (1 bulan), saat kebakaran lahan mendekati kediamannya, Rabu (18/7).
Informasi yang dihimpun Radar Sampit, kebakaran itu diduga berasal dari sekelompok orang yang sedang membersihkan tak jauh dari lokasi kejadian sejak Senin (16/7). Lahan yang dibersihkan itu kemudian dibakar, kemudian dipadamkan sebelum ditinggal.
Keesokan harinya, Selasa (17/7), sekelompok orang itu kembali melanjutkan pembersihan lahan dengan cara serupa. Meski sudah dipadamkan, diduga api telah membakar lahan gambut, sehingga ketika ditinggal, bara di lahan itu meluas dan membakar lahan. Hingga akhirnya membesar dan terus meluas sampai kemarin.
”Ada sekelompok orang membersihkan lahan tak jauh dari lokasi kejadian, dua hari sebelumnya. Mereka terus membersihkan lahan. Saya perhatikan, lahan yang mereka bersihkan kemudian dibakar. Lahan yang dibakar itu tadi, perlahan-lahan merembet ke permukiman,” ungkap Adriansyah, warga di sekitar lokasi kejadian.
Wina, yang rumahnya nyaris sisa puing, mengaku mengetahui ada kebakaran lahan. Namun, karena posisi api masih jauh dari kediamannya, dia merasa masih aman. Ternyata, api terus membesar dan mendekati tempat tinggalnya yang di dalamnya juga dihuni sang anak, Ajril.
”Sebenarnya saya sudah lama memperhatikan apinya. Namun, saat itu api sempat mengarah ke tempat lain, jauh dari rumah saya. Ternyata, tak lama kemudian, api mengarah ke rumah. Saya ketakutan dan berupaya menyelamatkan anak saya,” tuturnya.
Wina mengaku panik. Apalagi saat itu sang suami tak ada di rumah. Apalagi kawasan itu diselimuti kabut asap pekat. Wanita itu langsung berlari membawa sang bayi melintasi jalan setapak, sekitar 300 meter menuju Jalan Mohammad Hatta.
Wina melangkahkan kakinya ke sebuah warung untuk mengamankan buah hatinya. Dia tak memikirkan lagi kondisi rumahnya dan api yang semakin mendekat. Wanita itu menyerahkan sepenuhnya pada tim gabungan yang datang ke lokasi untuk memadamkan api.
Sang ibu dan dan putra pertamanya tersebut kemudian dilarikan ke kantor PMI Kotim untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Tindakan Wina berhasil menyelamatnya nyawa sang bayi.
”Kami evakuasi dulu sementara. Kami tidak berani ambil risiko membiarkan ibu dan bayinya tetap tinggal di sekitar lokasi kebakaran. Kami bawa pakai ambulans ke markas,” kata Kepala Markas PMI Kotim M Yusuf.
Dalam beberapa kasus, kondisi fisik bayi yang masih lemah, rentan membuat mereka mengidap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tiga tahun silam, di Pekanbaru, misalnya, bayi delapan bulan yang mengidap ISPA, meninggal dunia saat bencana asap terjadi.(sir/mir/fin/ign)