SAMPIT – Sebagian masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bakal dilanda bencana bertubi-tubi. Selain direpotkan dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berdampak pada kabut asap, warga juga harus bersiap menghadapi krisis air bersih akibat minimnya curah hujan.
Wilayah yang dihantui kekeringan adalah Kecamatan Pulau Hanaut dan Teluk Sampit. Dalam dua pekan terakhir, wilayah itu tidak diguyur hujan.
”Sudah ada tanda-tanda krisis air bersih, terutama untuk diminum buat masyarakat,” kata Camat Pulau Hanaut Eddy Mashamy kepada Radar Sampit, Jumat (20/7).
Eddy menjelaskan, Kecamatan Pulau Hanaut terdiri dari 14 desa. Dari 14 desa itu, ada beberapa desa yang sudah mulai mengalami krisis untuk mendapatkan air minum. Misalnya, Desa Satiruk, Desa Serambut, Desa Bantian, Desa Bapinang Hilir Laut, dan Desa Hantipan.
”Beberapa desa itu letaknya tidak jauh dari laut, sehingga ketika musim kemarau, air sungai akan terasa asin. Ini sudah mulai dirasakan warga desa, apalagi Desa Satiruk yang memang posisi desanya tepat berada di pinggir laut,” ujarnya.
Eddy menuturkan, pihaknya sudah mengantisipasi untuk meminimalisir krisis air bersih. Salah satunya, memberikan bantuan tandon air kepada sebagian warga desa.
”Sebelum datangnya musim kemarau, kami sudah membagikan tandon air buat persiapan sebagian warga, walaupun tidak semua warga kebagian tandon air tersebut. Bagi yang belum mendapatkan bantuan, akan diupayakan tahun depan,” ujarnya.
Terkait lahan pertanian yang ikut mengalami kekeringan, lanjut Eddy, pihaknya belum menerima laporan resmi. ”Bidang pertanian kami masih belum menerima laporan,” tandasnya.
Sementara itu, di Kecamatan Teluk Sampit juga terdapat beberapa desa yang mengalami krisis air bersih, seperti Desa Ujung Pandaran, Desa Lempuyang, dan Desa Kuin Permai.
”Saat ini sudah terjadi kekeringan, bahkan warga desa sudah mulai merasakan krisis air bersih. Rencananya kami akan menyiapkan permohonan bantuan untuk memasok air bersih dari Sampit,” kata Camat Teluk Sampit Samsurijal.
Selain itu, lanjut Samsurijal, Kecamatan Teluk Sampit juga rawan terjadi kebakaran lahan. Apabila dalam dua pekan ke depan tidak ada hujan, kemungkinan besar hal tersebut akan terjadi.
”Kalau tidak ada hujan, warga Kecamatan Teluk Sampit akan benar-benar mengalami krisis air bersih. Selain itu, akan terjadi kebakaran lahan karena lahan di kecamatan merupakan tanah gambut,” jelas mantan Camat Kotabesi ini.
Guna meminimalisir kebakaran lahan, pihaknya akan mengaktifkan posko siaga darurat. Tim akan siaga di posko tersebut. Apabila terjadi kebakaran lahan, secepatnya bisa ditindaklanjuti.
”Kebakaran skala kecil akan ditangani tim dari kecamatan dan desa. Untuk skala besar, kami akan meminta bantuan ke kabupaten. Doakan saja semoga cepat turun hujan, sehingga warga tidak mengalami krisis air bersih dan lahan pertanian tidak kering,” pungkasnya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kotim Nur Setiawan sebelumnya mengatakan, beberapa hari ini Kotim tidak diguyur hujan. Meski demikian, hujan ringan masih berpotensi turun.
Saat ini sedang masuk masa transisi antara musim hujan ke musim kemarau. Musim kemarau diprediksi dimulai akhir Juli. Pada September masih masuk musim kemarau. Namun, curah hujan diperkirakan mulai meningkat. (fin/ign)