KUMAI – Dua wisatawan asing dan satu pemandu wisata (guide) dikabarkan hilang di kawasan Camp Pondok Tanggui, Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP), Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar, Kalteng. Mereka diketahui hilang kontak sejak Senin (10/9) sekitar pukul 17.00 WIB.
Jean-Luc Dudek (51) dan keponakannya Alban Dudek (38) merupakan wisatawan asing asal Perancis. Keduanya ditemani Aldy (26) pemandu wisata baru yang bekerja di salah satu perusahaan Tour and Travel di Pangkalan Bun.
Pemandu wisata dengan dua turis asing itu diketahui berangkat dari dermaga TNTP Kumai, Senin (10/9) pagi. Mereka menuju Camp Pondok Tanggui, TNTP. Hanya perlu waktu empat jam perjalanan di jalur sungai menggunakan kelotok wisata. “Untuk masuk ke dalam Camp Pondok Tanggui itu juga harus melalui jalur darat sekitar 20 menit,” ujar Desy Arisandi, pemilik perusahaan penyedia layanan Tour and Travel tempat Aldy bekerja.
Aldy bersama dua turis asing tersebut seharusnya sudah kembali sekitar pukul 16.00 WIB, setelah selesai melihat proses feeding (pemberian makan) pada para Orangutan. Namun hingga malam hari mereka tak kunjung kembali ke klotok wisata yang mereka sewa.
“Harusnya sudah kembali pukul 16.00 WIB, dia (Aldy) sudah sering masuk ke Camp Pondok Tanggui, ada sekitar 8 kali,” terangnya.
Informasi yang dihimpun Redaksi Radar Pangkalan Bun, pemandu wisata dan dua turis Perancis itu diduga menempuh jalur yang tidak biasa setelah dari lokasi pemberian makan para Orangutan itu. Sehingga mereka akhirnya tersesat dan hilang kontak.
Mengetahui kabar hilang kontaknya pemandu dan dua turis asing di lokasi wisata, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kobar lengsung bergerak melakukan pencarian. Namun pencarian tidak membuahkan hasil, cuaca menjadi kendala dalam proses itu. Hujan lebat mengguyur kawasan tersebut, Senin (10/9) malam.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (ASITA) Kobar Thomas Sari Wuwur menuturkan, pihaknya telah menerjunkan anggotanya ke lokasi untuk ikut terlibat dalam melakukan pencarian pemandu dan dua turis mancanegara yang hilang tersebut.
“Tadi malam (Senin red) teman-teman sudah melakukan pencarian dan belum ditemukan. Sehingga pagi ini (kemarin) pihaknya mengerahkan masyarakat setempat (warga Sekonyer) untuk ikut melakukan pecarian,” katanya.
Thomas melanjutkan, pihaknya akan memberi batas pencarian hingga Selasa (11/9) sore, apabila belum juga membuahkan hasil pencarian, maka pihaknya akan berkoordinasi dengan BNPB dan instansi lainnya. Selain itu pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Polsek Kumai untuk ikut melakukan pencarian.
Menurutnya, peristiwa semacam itu bukanlah yang pertama kali terjadi di TNTP. Sebelum kejadian ini pernah ada turis asal Australia hilang di kawasan TNTP, setelah dilakukan pencarian mereka dapat ditemukan.
“Semoga kedua turis dan pemandu ini dapat ditemukan dengan keadaan selamat,” harapnya.
Terpisah, Kapolsek Kumai AKP Agus Priyo Wibowo membenarkan hilangnya seorang pemandu wisata dan dua turis asal Perancis itu dan mengatakan bahwa pihaknya langsung turun melakukan pencarian bersama dengan Basarnas, HPI Kobar, Orang Utan Foundation Internasional (OFI) dan Balai TNTP melakukan pencarian.
“Hari ini (kemarin) kita lakukan pencarian bersama dengan yang lainnya, nanti perkembangannya akan kita kabarkan,” tandasnya.
Ditemukan di Lokasi Feeding
Ketua HPI Kobar Yusuf menuturkan, awalnya pemandu wisata dan dua turis asing itu berencana masuk mengikuti aturan jam feeding Orangutan pada pukul 09.00 WIB. Namun mereka masuk ke dalam terlebih dahulu sekitar pukul 08.45 WIB, untuk jalan-jalan terlebih dahulu.
“Hari itu cuaca hujan lebat, mungkin karena kondisi hutan saat cerah dengan hujan berbeda sehingga mereka tersesat,” katanya.
Menurut Yusuf, untuk waktu tempuh jalan menunju feeding Orangutan Camp Pondok Tanggui sekitar 15 hingga 20 menit dengan jarak tempuh sekitar 1 kilometer dengan kondisi hutan cukup lebat dan jalan setapak. Jika perjalanan diteruskan bisa tembus ke Camp Pesalat hingga 5 jam waktu tempuh.
“Dia (Aldy) sudah pernah masuk dengan membawa tamu 3 kali, karena masih baru kemungkinan juga bisa lupa, atau memang karena kondisi di lokasi berbeda saat hujan dan panik, maka bisa tersesat, dan mereka berputar-putar di lokasi situ saja,” katanya.
Saat sore menjelang, mereka tak kunjung kembali ke kelotok. Akhirnya operator kelotok menghubungi rekan-rekannya dan mengabarkan belum kembalinya pemandu dan dua turis asing itu. Pihak agen perjalananpun sebenarnya ingin melapor ke Polisi, namun sesuai aturan mereka harus menunggu hingga 24 jam terlebih dahulu.
“Jadi dari pada menunggu 24 jam untuk melakukan pencarian, akhirnya kita inisiatif melakukan pencarian, malam itu juga kita lakukan pencarian tapi tidak ketemu. Malam itu kita teriak-teriak di dalam hutan, mereka ada mendengar suara kita yang teriak ini jauh dan kecil suaranya. Dan mereka juga membalas teriakan kita namun tim kami tidak ada yang mendengar,” jelasnya.
Selasa (11/9) pagi pencarian kembali dilakukan dengan melibatkan Polsek Kumai, Basarnas, HPI Kobar, OFI dan BTNTP, saat penyisiran di lokasi dengan sambil berteriak, mereka mendengar suara kita dan langsung menuju ke lokasi feeding Orangutan.
“Mereka yang menghampiri kita, kita temukan dalam keadaan lusuh, ada luka kecil ditubuh salah satu turis, mungkin kena duri. Kondisi badan basah, mereka haus dan kelaparan. Langsung kita obati dan berikan minuman, ditemukan sekitar pukul 12.20 WIB,” imbuhnya.
Saat tersesat itu mereka bertahan hidup dengan meminum air dan memakan buah-buahan yang ada di hutan. Mereka tidur di bawah pohon besar sembari berteduh dari guyuran hujan dan berlindung dari udara dingin.
“Mereka tidak membawa bekal apa-apa, bertahan dengan meninum air dan buah-buahan hutan, Alhamdulillah yang penting mereka sehat,” katanya.
Setelah ditemukan, Alban dan Jean tidak ingin terburu-buru menuju ke Pangkalan Bun, meski mereka sudah membeli tiket pesawat menuju Jakarta pada hari Selasa (11/9). Mereka lebih memilih menggunakan kelotok untuk bersantai dan menikmati suasana alam TNTP.
“Padahal dia harus berangkat hari ini, tapi dia ingin santai dan istirahat dulu di kelotok, baru setelah itu ke hotel di Pangkalan Bun. Salah satu turis (Alban) juga bisa bahasa kita, sepertinya dia bekerja di kedutaan Perancis di Jakarta. Alban selama ini tinggal di Jakarta, kalau pamannya (Jean-Luc) domisili di Perancis,” terangnya.
Menurut Yusuf, untuk waktu tempuh jalan menunju feeding Orang Utan Camp Pondok Tanggui sekitar 15 hingga 20 menit dengan jarak tempuh sekitar 1 kilometer dengan kondisi hutan cukup lebat dan jalan setapak. Jika perjalanan diteruskan bisa tembus ke Camp Pesalat hingga 5 jam waktu tempuh.
“Dia (Aldy) sudah pernah masuk dengan membawa tamu 3 kali, karena masih baru kemungkinan juga bisa lupa, atau memang karena kondisi di lokasi berbeda saat hujan dan panik, maka bisa tersesat, dan mereka berputar-putar di lokasi situ saja,” pungkasnya. (jok/sla)