PANGKALAN BUN - Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah II Pangkalan Bun dan bersama Orangutan Foundation International (OFI) kembali mengevakuasi orangutan di perkebunan kelapa sawit di kawasan Kabupaten Seruyan. Kali ini petugas menemukan orangutan betina dan anaknya.
Kepala BKSDA Seksi Konservasi Wilayah II Pangkalan Bun Agung Widodo melalui Polhut Pelaksana di SKW II BKSDA Kalimantan Tengah Muda Yulivan mengatakan, salah satu anggota Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalteng mendapatkan laporan dari karyawan perkebunan kelapa sawit terkait adanya gangguan orangutan di wilayah mereka.
“Kita dapat laporan, dan selanjutnya menuju lokasi bersama Orangutan Foundation International (OFI). Perlu waktu tiga jam menuju lokasi karena posisinya jauh ditengah perkebunan,” ungkapnya, Minggu (27/1).
Saat tiba di lokasi tim mendapati orangutan berada di atas pohon sawit sambil menggendong anaknya. “Selanjutnya tim memperkirakan berat badan orangutan tersebut dan dokter meracik obat bius. Karena berat tubuh individu orangutan mempengaruhi jumlah bius yang akan digunakan. Saat itu kita perkirakan beratnya 40 kilogram,” terangnya.
Setelah pembiusan berhasil, tidak berapa lama orangutan pingsan dan tim melakukan pengecekan organ luar individu dilindungi tersebut. “Ini penting untuk mengetahui apakah ada luka atau tidak dan sekaligus mengambil sampel darah guna mengetahui kesehatan induk dan anak orangutan itu,” tegasnya.
Dari proses tersebut diketahui bahwa individu betina diperkirakan berusia 25 tahun dengan berat 39 kilogram sedangkan anaknya berusia tiga tahun dengan berat empat kilogram. Saat ini keduanya sedang dalam penanganan orangutan care center and quarantine (OCCQ) OFI. Dan akan dilepasliarkan bila kondisinya sudah siap.
Dalam evakuasi itu pihaknya juga mengimbau agar masyarakat terutama di lingkungan perkebunan kelapa sawit untuk segera menginformasikan jika mengetahui adanya individu orangutan yang masuk ke wilayah mereka.
“Segera laporkan, jangan bertindak sendiri. Karena orangutan perlu penanganan khusus dalam proses evakuasinya,” pungkasnya. (sla/yit)