SAMPIT – Mengamuknya seekor buaya di Tanjung Buku, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) hingga menewaskan seorang petambak, membuat warga Kotim ikut khawatir. Pasalnya, saat ini telah memasuki masa mengganasnya buaya di kawasan perairan itu, sehingga berpotensi memangsa manusia.
”Aduh saya membaca berita serangan buaya di Kaltara jadi takut, soalnya di Kotim juga rawan serangan buaya,” kata Octa, salah seorang warga Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS), Selasa (2/2).
Kekhawatiran Octa bukan tanpa alasan. Menurut wanita yang berprofesi sebagai guru ini, Kotim memiliki catatan kelam terkait serangan buaya dan menewaskan korbannya. Berdasarkan data Radar Sampit serangan buaya terjadi setiap tahun dalam lima tahun terakhir.
”Semoga saja tahun ini tidak ada korban lagi serangan buaya,” harapnya.
Sebelumnya, Komandan Pos Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sampit Muriansyah meminta warga yang bermukim di bantaran sungai, terutama di sekitar Pulau Lepeh dan Pulau Hanaut, untuk berhati-hati saat beraktivitas di tepi sungai. Pasalnya, dari Januari sampai Juni aktivitas buaya biasanya cenderung meningkat.
Beberapa waktu lalu, Rina, warga Desa Jaya Karet, mengaku sering melihat buaya muncul dari permukaan air sungai. Bahkan, sewaktu-waktu bisa naik ke lanting warga.
”Memang yang pernah terlihat hanya tiga ekor, tapi ini tetap saja meresahkan. Apalagi kan sudah banyak yang menjadi korban keganasannya,” katanya.
Keberadaan buaya di sekitar kawasan ini memang bukan hal yang aneh bagi warga sekitar. Warga pun sudah berupaya melindungi diri dengan membatasi aktivitas di sungai dan memasang pagar kawat di sekitar lanting. (tha/ign)