SAMPIT – Kualitas udara di Kotawaringin Timur (Kotim) terus memburuk bahkan masuk kategori sangat tidak sehat. Kondisi demikian berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi warga yang menghirup asap itu secara langsung.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kotim Nur Setiawan mengatakan, sesuai alat pengukur kualitas udara (PM10) BMKG Kotim, kemarin (12/8) pagi kualitas udara masih sedang. Namun, siang hari dikategorikan sangat tidak sehat karena mencapai 250-350 Mikrogram.
”Bau asap mulai pekat tercium. Akan tetapi, angka partikulat ini terus berfluktuatif dan belum tentu dikategorikan sangat tidak sehat sepanjang hari, karena dari jumlah partikulat yang ada dihitung lagi rata-ratanya dan baru terpantau pada keesokan paginya,” jelasnya.
Perubahan jumlah partikulat PM 10 itu bisa terjadi karena beberapa faktor kemungkinan, yakni bisa disebabkan asap dari karhutla atau dampak dari polusi yang dikeluarkan mesin pesawat. Bau asap karhutla dirasakan begitu pekat pada malam, tetapi siang hari tidak begitu dirasakan.
Hal itu disebabkan karena siang terdapat penyinaran matahari yang menyebabkan pengangkatan massa udara, sehingga asap pembakaran cenderung ikut terangkat dan bau asap tidak begitu terasa. Sedangkan pada malam, lapisan atmosfer dalam keadaan stabil (tidak ada penyinaran), sehingga jika ada asap pembakaran tidak bisa terangkat.
Lebih lanjut dikatakannya, titik panas menyebar di seluruh wilayah Kalteng termasuk Kotim. Hal itu terpantau dari grafis yang menunjukkan tanda merah di sebagian besar wilayah Kotim yang menandakan wilayah tersebut terjadi kekeringan dan sangat mudah terjadi kebakaran.
”Titik panas beberapa hari yang lalu paling banyak berada di Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, dan Teluk Sampit, tetapi sekarang mulai berkurang dan paling panas terjadi di Teluk Sampit,” ujarnya.
Berdasarkan laporan BMKG, pada 8-9 Agustus 2019 ada 34 titik panas. Jumlah itu berkurang pada Sabtu (10/8) menjadi 16 titik. Kemarin, titik panas terbanyak berada di wilayah MB Ketapang sebanyak dua titik, Cempaga satu titik, dan Mentaya Hilir Utara satu titik.
Lebih lanjut Nur Setiawan mengatakan, sejak sepekan terakhir suhu udara sangat dingin saat malam. Hal tersebut terjadi akibat kumpulan awan berkurang dan sinar matahari langsung dipantulkan kembali ke atsmosfer.
”Pada musim kemarau itu umum terjadi, sehingga mengakibatkan suhu udara begitu terasa lebih dingin dari biasanya. Pada siang hari kondisi suhu udara maksimum bisa berkisar 32-33 derajat celcius dan pada malam hari berkisar antara 22-23 derajat celcius,” katanya. (hgn/ign)