SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 17 Agustus 2019 11:39
Merah Putih Berkibar 25 Oktober, Perang Pertama Pecah di Sei Jelai

Sekilas Perjuangan Kemerdekaan RI di Sukamara

TEKS FOTO: Sungai Jelai menjadi saksi bisu sejarah perjuangan Kemerdekaan RI di wilayah Kabupaten Sukamara.(FAUZIANUR/RADAR SAMPIT)

Pasca proklamasi 17 Agustus 1945, tidak serta merta semua wilayah bisa terlepas dari belenggu penjajah. Setelah pendudukan Jepang menyerah kepada sekutu, pasukan Belanda memanfaatkan kesempatan itu untuk kembali berkuasa di Indonesia. Sejarahpun mencatat, perjuangan masyarakat Sukamara dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut. Berikut rangkumannya dikutip dari Sejarah Sukamara yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah tahun 2016.

FAUZIANNUR, Sukamara

KABAR berita merdekanya Republik Indonesia baru sampai wilayah itu pada Oktober 1945. Kabar itu disambut sukacita masyarakat Sukamara. Bendera Merah Putih  pun mulai berkibar di Sukamara pada tanggal 25 Oktober 1945.  Suasana siap mempertahankan kemerdekaan menyelimuti masyarakat Sukamara dan siap berperang hingga titik darah penghabisan.

Gerakan itupun mendapat perhatian dari Belanda yang ingin merebut wilayah Kalimantan, termasuk wilayah Sukamara. Pertempuran tak terelakan dan tercatat terjadi dua kali pertempuran dahsyat.

Pertempuran pertama pecah pada Jumat, 25 Januari 1946 di tepian Sungai Jelai.  Pasukan Belanda, yang lebih dikenal dengan NICA menggunakan senjata modern, sedangkan tentara Republik Indonesia dan rakyat Sukamara bersenjatakan dum-duman, sumpit damak beracun dan senjata ala kadarnya.

Kendati tidak seimbang, namun perjuangan rakyat berhasil menewaskan pasukan NICA. Merasa pasukannya tewas, Belanda semakain membabi buta dan beringas menembakan senjata otomatis mereka, sementara pasukan rakyat Sukamara kehabisan peluru dum-duman dan damak sumpitan.

Melihat situasi itu, pimpinan Angkatan Muda, Iskandar memberi komando agar pasukan mundur ke hutan dan benteng pertahanan di daratan yang dijaga oleh Makmur Jalil. Dalam pertempuran tersebut tercatat gugur Nazir Adam dan Mail Ahmad, karena mereka berada di galangan perahu tepi sungai dan tidak mau menyingkir saat berondongan senjata Belanda membabi buta.

Selain itu beberapa diantaranya juga terkena tembakan seperti Tindih pada punggung, Syamsul Bahri di pergelangan tangan dan Gusti Kader di kaki belakang hingga akhirnya meninggal dunia.

Pasukan Belanda pun merapat ke daratan Sukamara sambil memberondong tembakan. Setibanya di daratan, pasukan kolonial ini membakar rumah-rumah warga dan tercatat sekitar 70 rumah. Seluruh rumah hangus menjadi arang, terkecuali masjid Al-Aqsa yang dibiarkan oleh pihak Belanda. Setelah membumihanguskan kampung Sukamara, sore harinya pasukan NICA meninggalkan Sukamara dan membawa penghulu bernama H. Bakri ke arah Kuala Jelai. Dalam perjalanan menuju Kuala Jelai tersebut diketahui pihak Belanda sempat singgah di Kepala Pulau Panjang untuk menguburkan salah satu korban dari pihak mereka, yakni Letnan Rode Kruis. 

Gerakan dan serangan pasukan Belanda ke Sukamara itu  menjadi pemantik simpati dan solidaritas perjuangan tentara republik di Pangkalan Bun, Kuala Jelai, Teluk Bogam dan wilayah lainnya. Sejak Januari 1946, terjadi pergerakan dan konsolidasi pasukan ke wilayah Sukamara. Gerakan mempersiapkan diri itu dikendalikan oleh Gubernur Kalimantan Tengah saat itu bernama Mohammad Nur, sebab itulah gerakan tersebut dikenal dengan nama sandi Ekspedisi MN.1001.(fzr/bersambung)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers