PALANGKA RAYA – Bakal calon bupati Kotim yang telah memastikan diri maju bebas tebar pesona kepada masyarakat mengenai pencalonannya. Belum ditetapkan sebagai calon, membuat mereka tak terbelenggu aturan apa pun, terutama bagi calon yang berniat maju melalui jalur independen.
Hal itu salah satunya dilakukan Jhon Krisli. Ketua DPRD Kotim periode 2014-2019 ini gencar turun ke masyarakat. Namun, dia menegaskan hal itu bukan kali pertama baginya atau hanya pada momen tertentu, seperti akan maju dalam Pilkada 2020.
Jhon mengaku hanya menghadiri undangan biasa. Namun, dalam acara itu dia disambut secara antusias. ”Saya kan masyarakat biasa. Jadi, wajar saja hadir dalam undangan saudara kita, terutama mereka yang ada di pelosok,” kata Jhon.
Dia juga mengakui menyampaikan niatnya maju dalam Pilkada 2020 mendatang kepada masyarakat. Masyarakat merespons positif niatnya itu. Dia membantah aktif turun ke masyarakat merupakan langkah curi start.
”Kalau dikatakan curi start, start apanya? Kan proses dan tahapan pilkada belum dimulai. Lain halnya jika kami sudah ditetapkan sebagai calon atau sudah mendaftarkan diri. Jadi, saya turun ke masyarakat sekalian juga silaturahmi,” kata dia.
Jhon melanjutkan, apabila memang ingin lebih masif, bisa saja hal itu dilakukannya saat menjabat sebagai Ketua DPRD Kotim. Setiap kegiatannya selalu dibiayai uang negara.
”Tapi saya tidak mau. Saya maunya saat kembali ke masyarakat dan mulai dari awal lagi dengan kemampuan pribadi,” tegasnya.
Jhon hingga kini belum menentukan siapa yang akan jadi pasangannya. Dia tidak menepis sejumlah nama yang disebut-sebut akan berpasangan dengannya, seperti Kepala Kemenag Kotim Syamsyudin, mantan Kepala Bappeda Kotim Burhanudin, dan ada pula dari kalangan ulama.
”Kami masih tahap penggodokan dulu, siapa nanti yang punya persepsi maju ke pilkada ini. Sejauh ini kami belum menentukan calon wakil,” katanya.
Bambang Nugroho, pengamat politik dan hukum di Kotim menilai, Jhon mengungguli bakal calon lainnya dalam konstelasi pilkada. ”Saya melihat nama Jhon Krisli memang di atas angin dari sisi keterkenalan dan tingkat popularitas. Dia saya kira paling pertama,” katanya.
Menurut Bambang, Jhon akan didukung masyarakat jika bisa mengelola isu dengan baik. Jhon hendaknya lebih cenderung menyampaikan gagasan perubahan untuk Kotim daripada menyerang lawan politiknya.
Apalagi jika dia mengelola isu putra daerah, kata Bambang, bagi kultur masyarakat lokal sangat mengena. Terutama di kawasan pelosok, masyarakat masih punya tingkat soliditas dan rasa etnisitas yang begitu tinggi.
”Dibanding nama yang sudah muncul, di pedalaman yang mudah diterima semua lapisan masyarakat saya akui Jhon ini. Dia bisa masuk bahasa apa pun. Dia bisa masuk di komunitas Dayak, Islam, Kristen, Hindu Kaharingan, dan lain sebagainya,” kata dia.
Meski demikian, dia melanjutkan, Jhon memiliki sisi kelemahan. Selama tiga periode menjabat Ketua DPRD Kotim, publik dinilai belum melihat gebrakan yang signifikan. Prestasi yang ditonjolkannya membawa kemajuan daerah tidak terlihat. Hal itu bisa membuat masyarakat sulit memberikan kepercayaannya.
”Dengan tiga periode (jadi legislator) itu apa saja yang sudah diperbuat untuk masyarakat? kalau bisa menunjukkan dan menjelaskan, dia bisa terselamatkan dengan kepercayaan publik. Tetapi, jika selama tiga periode dia tidak bisa berbuat apa pun, di situ akan jadi titik lemahnya. Dia cenderung dianggap tidak ada bedanya dengan calon lain,” katanya.
Bambang melanjutkan, hal yang juga penting adalah pemilihan wakil Jhon. Jika salah memilih, akan berdampak buruk. ”Karena wakilnya harus punya basis massa, jangan hanya numpang nama. Kalau sepenuhnya berharap nama besar Jhon Krisli, saya yakin suaranya tergerus pesaing politiknya,” tandasnya. (ang/ign)