Bubur asyura tidak hanya sebagai hidangan berbuka puasa pada 10 Muharram. Kini, bubur asyura dibagikan kepada siapa saja yang menginginkan di siang hari.
===========
Tradisi berbagi bubur asyura masih dijaga oleh para pengurus Masjid Al Madinatul Mubarokah Sampit. Halaman rumah ibadah yang berada di dekat Pelabuhan Sampit ini menjadi dapur dadakan.
Ada tiga panci raksasa yang dipenuhi dengan bubur. Beberapa pria sibuk mengaduk-aduk adonan. Ada menambahkan air, ada juga yang memasukkan sayuran ke dalam panci.
Pengurus Masjid Al Madinatul Mubarokah Sampit H. Kamarudin mengatakan, tradisi bubur asyura ini dilaksanakan oleh perkumpulan Al-Banjari yang ada di Sampit.
Bubur asyura ini dibuat dengan bahan 130 kilogram beras yang terkumpul dari para donatur, 41 jenis sayuran, daging, ayam, telur, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Semua bahan tersebut dimasak menjadi satu dalam tiga panci besar dengan kapasitas 1.600 liter.
“Kalau melihat kapasitas panci cukup untuk 3.000 orang, kebetulan kita mempunyai fasilitas alat yang menunjang,” sebutnya.
Peralatan memasak sengaja dikirim menggunakan cargo dari Jeddah. Alat ini tidak hanya digunakan untuk bikin bubur asyura, tapi juga untuk peringatan hari besar lainnya seperti Maulid Nabi atau Haul Abah Guru Sekumpul di Martapura Banjarmasin.
”Memang beda rasanya karena banyaknya bahan yang tercampur, namun masaknya sama saja dengan bubur biasanya,” ujar Kamarudin.
Menurutnya, proses memasak dimulai dari jam 07.00 sampai jam 11.00. Setelah masak, bubur dibagikan untuk semua warga yang mampir. Ada yang menggunakan plastik, namun ada pula warga yang membawa tempat sendiri.
Pembagian bubur asyura berlangsung dengan tertib. Warga pun begitu antusias. Bahkan panitia yang membungkus bubur sempat kewalahan karena banyaknya warga.
”Tidak dibatasi, yang jelas di pasar ini orangnya banyak. Siapa yang lewat, siapa yang mau, kita bagi. Dalam waktu dua jam, bubur habis,” tutur Kamarudin.
Tidak hanya objek wisata alam, Kabupaten Kotawaringin Timur, juga banyak memiliki budaya dan tradisi. Salah satunya memasak bubur asyura ini, yang digadang sebagai salah satu wisata budaya. Hal ini tentu dapat menjadi minat wisatawan dari daerah lain bahkan macanegara. (yn/yit)