SAMPIT – Didaulat sebagai bakal calon wakil bupati Kotim, Ketua DPD Partai Golkar Kotim Supriadi melancarkan ”serangan” alias kritik keras pada Pemkab Kotim. Dia menilai Pemkab Kotim terlalu banyak berwacana.
Dari sederet wacana yang dilempar ke publik, Supriadi menyatakan, tidak ada satu pun yang terealisasi. Menurutnya, hal itu hanya sekadar pencitraan jajaran Pemkab Kotim. Supriadi mencatat ada empat pokok janji pemerintah yang tidak pernah direalisasikan.
”Belakangan ini pemkab banyak sekali janji-janjinya. Itu sebatas janji manis dan arahnya pencitraan saja,” kata Supriadi.
Sejumlah janji itu, lanjutnya, pengadaan seragam gratis bagi pelajar SD dan SMP. Seragam itu dijanjikan dibagikan tahun ini. Namun, tidak terlaksana sama sekali. Selanjutnya, kenaikan insentif Ketua RT dan RW, hanya sebatas janji dan hingga kini realisasinya meleset.
”Dan paling heboh kemarin adalah wacana insentif guru. Pertanyannya itu, apakah keuangan daerah mampu menaikkan insentif guru sampai di angka Rp 2,5 juta. Ini kalau orang tidak tahu bagaimana kondisi keuangan daerah saat ini, akan sangat berharap,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Supriadi, Bupati Kotim Supian Hadi juga menebar janji kepada bidan di Kotim yang mewacanakan kenaikan insentif bidan daerah hingga Rp 2 juta. Janji ini, kata Supriadi, akan berpotensi jadi bumerang.
”Pemkab harus menghitung secara benar dan terukur agar setiap wacana kebijakan dapat direalisasikan dengan baik. Bukan hanya dilempar kepada kandidat pilkada. Pertanyaannya, selama sepuluh tahun untuk apa dan ke mana aja kebijakannya. Jangan hanya pencitraan,” katanya.
Supriadi juga menuding di akhir jabatannya, Supian melakukan manuver politik. Salah satunya saat hari ulang tahun Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kotim. Dalam sambutannya, lanjut Supriadi, Supian Hadi meminta orang yang hadir agar memilih bupati apabila mampu menaikkan honor dan insentif bidan dan guru yang bertugas di daerah sebesar honor Rp 2 juta dan insentifnya Rp 2,5 juta.
”Toh dia saja belum mampu selama ini merealisasikan itu,” kata Supriadi.
Dalam peta politik menjelang Pilkada Kotim, Supriadi selama ini mengklaim akan berpasangan dengan Taufiq Mukri. Supriadi juga kerap mengunggah ”kemesraannya” dengan Taufiq di media sosial. Di sisi lain, Taufiq saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati Kotim aktif. Dia satu paket sebagai kepala daerah dengan Supian Hadi selama dua periode.
Sementara itu, terkait seragam gratis, catatan Radar Sampit, tahun ini hanya diakomodir dengan anggaran sebesar Rp 6 miliar. Hal itu tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Dinas Pendidikan Kotim.
Anggaran itu berdasarkan hasil kompilasi akhir pembahasan antara DPRD dan Pemkab Kotim. Usulan yang awalnya Rp 9 miliar, dipangkas jadi Rp 6 miliar. Sebesar Rp 3 miliar digeser untuk kegiatan pendidikan lainnya.
Supriadi yang saat itu menjabat Wakil Ketua DPRD Kotim telah mengkritik program itu. Dia memaklumi kondisi APBD kotim yang tidak mampu mengakomodir kebutuhan usulan eksekutif terkait seragam gratis tersebut. Menurutnya, pengadaan seragam gratis ini tidak terencana dengan baik.
”Bisa dikatakan demikian. Perencanaannya kurang matang, sehingga tiba-tiba muncul rencana seragam gratis, sementara momentumnya di APBD perubahan sudah tidak tepat lagi,” kata Supriadi, 6 Agustus lalu.
Dia menambahkan, rencana pembagian seragam gratis memang baik. Namun, sebaik apa pun program, jika dalam tataran pelaksanaannya momentumnya tidak tepat, program itu akan sia-sia. Pelaksanaan program itu akan lebih maksimal dalam APBD murni 2020 mendatang. (ang/ign)