SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 02 Oktober 2019 13:58
Mendesain Kapal Selam Pembuat Es Kutub, Bisa Bekukan Lagi Air Laut Arktik

Denny Lesmana Budi, Juara 2 Kompetisi Desain Internasional dari Kalteng

HARUMKAN INDONESIA: Denny Lesmana Budi dan desainnya bersama tim yang memenangkan kompetisi desain internasional yang diselenggarakan Association of Siamese Architects.(IST/RADAR SAMPIT)

Hasil karyanya diakui dunia. Denny Lesmana Budi berhasil meraih juara 2 kompetisi desain internasional. Radar Sampit berbincang langsung dengan putra asli Kalteng ini.

RIA MEKAR ANGGRAENY, Nanga Bulik

Penulis hampir lupa dengan teman semasa SMA yang satu ini. Sudah belasan tahun tak bersua. Seorang kawan di grup alumni sekolah membagikan sebuah berita dari media online tentang prestasi anak negeri yang membanggakan.

Dia bertanya, apakah benar nama yang disebut media tersebut adalah teman kami. Tak berapa lama, muncul lagi link berita dari media besar Amerika dan Eropa yang mengulasnya.

Memang tidak banyak media nasional yang memublikasikan capaian prestasinya. Namun, putra asli Kalteng ini berhasil mengharumkan Indonesia di dunia internasional.

Denny Lesmana Budi, sang arsitek bersama timnya berhasil mendesain kapal selam pembuat lapisan es untuk merekonstruksi es di kutub yang banyak mencair akibat pemanasan global.

Dalam upaya untuk mengembalikan lapisan es yang telah banyak mencair, tim desainer dari Indonesia mengusulkan suatu cara untuk membekukkan kembali air laut di Arktik, sehingga dapat dijadikan sebagai lapisan yang membentuk gunung es baru dengan menggunakan sebuah kapal bergaya futuristik.

Gagasan itu muncul dari Faris Rajak Kotahatuhaha. Dia berkolaborasi dengan Denny Lesmana Budi dan Fiera Alifa sebagai tim desainer dari Indonesia yang mengikuti kompetisi desain internasional yang diselenggarakan Association of Siamese Architects.

Atas ide desainnya itu, tim desainer Indonesia memenangkan hadiah kedua untuk proposal geoengineering-nya dengan membekukan air laut menjadi bongkahan es berbentuk heksagonal—masing-masing sekitar 2.027 meter kubik (535.477 galon)—yang dapat disusun bersamaan untuk membentuk sebuah lapisan daratan es baru.

Denny menuturkan, konsep itu merupakan respons proaktif terhadap masalah yang terkait dengan pencairan es di kutub. Dia bersama timnya merasa saat ini perhatian lebih difokuskan pada cara dalam melindungi kota-kota dari kenaikan permukaan laut daripada mengatasi sumber permasalahannya.

Selama tiga dekade terakhir Samudra Arktik telah kehilangan 95 persen lapisan es tertuanya. Perstiwa pencairan ekstrem itu dipicu krisis iklim, telah membuat rantai makanan kutub utara dalam bahaya besar. Populasi hewan, seperti anjing laut, ikan, serigala, rubah, dan beruang kutub, jumlahnya kian menyusut.

”Kami terinspirasi dengan reboisasi atau penghijauan kembali hutan yang gundul, sehingga tim berpikir prototipe ini dapat membantu menyelamatkan habitat ini, yakni dengan pegunungan es kembali di Kutub Utara,” ungkapnya kepada Radar Sampit via telepon seluler.

Pria yang semasa sekolah senang dengan corat-coret ini menjelaskan, kapal akan tenggelam menuju bawah permukaan laut untuk mengumpulkan air yang ditampung dalam sebuah tangki. Selanjutnya, dilakukan proses desalinasi untuk menghilangkan garam yang terkandung menggunakan sistem reverse osmosis, sehingga air menjadi lebih mudah untuk dibekukan.

Melalui penggunaan turbin yang mempercepat proses pembekuan dengan udara dingin, air laut yang telah dimurnikan kemudian akan dibekukan menjadi gunung es berbentuk segi enam dan dilepaskan kembali ke lautan setelah sebulan. Selama proses ini, kapal akan kembali ke permukaan laut dan tangki akan ditutup untuk melindunginya dari sinar matahari.

”Setelah air dibekukan, kapal akan tenggelam lagi, meninggalkan ’bayi es’ yang baru dilahirkan. Kumpulan gunung es mini itu kemudian akan digabungkan mengikuti pola sarang lebah untuk membentuk bongkahan es yang lebih besar lagi," tuturnya.

***

Semasa sekolah, Denny tergolong orang yang supel dan memiliki banyak teman. Namun, dibanding mencatat pelajaran, dia lebih suka menggambar di bukunya. Saat akan ada ulangan, dia kelabakan meminjam catatan pelajaran dari teman-temannya untuk difotokopi.

”Saat kuliah saya pilih masuk arsitek dan ternyata sesuai sama passion saya yang memang kreatif," ungkapnya.

Pria kelahiran Pangkalan Bun, 11 November 1988 ini memang sudah jarang kembali ke kota kelahirannya. Setelah kuliah dan bekerja di PT Wijaya Karya, dia menetap di Perum Metland Transyogi, Cibubur, bersama istrinya dan anak semata wayangnya.

Tak sedikit lomba desain yang diikuti, baik di dalam maupun luar negeri. Rata-rata membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Contoh lainnya adalah project Desain Coralline di Pantai Santa Monica, Los Angeles yang dipublikasikan di buku 'Powering Place-Land Art Generator initiative' oleh Prestel. (***/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers