SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bersikeras tetap melaksanakan tradisi mandi safar meski dibayangi teror buaya. Untuk mencegah serangan predator itu, Pemkab menyiapkan pawang. Meski demikian, tak ada jaminan apa pun buaya tak akan muncul saat acara digelar.
Sekda Kotim Halikinnor menegaskan, mandi safar tetap dilaksanakan 23 Oktober mendatang, karena kegiatan tersebut sudah menjadi agenda tahunan. ”Kegiatan tersebut sudah terprogram, sehingga tetap dilaksanakan. Masyarakat tidak perlu khawatir karena pengamanan akan dimaksimalkan dan akan melibatkan pawang buaya,” katanya.
Sebelum kegiatan dimulai, lanjutnya, akan dilakukan pengecekan lokasi mandi safar. Tim petugas keamanan menggunakan speedboat akan melakukan pengawasan, sehingga saat pelaksanaan akan aman. Namun, warga diimbau tak menjauh dari pengawasan keamanan dan tak melakukan aktivitas sendiri.
”Dengan pengamanan yang esktra ketat, diharapkan tidak ada gangguan. Hal ini memang sudah tiap tahun dilaksanakan. Hanya Kotim yang melaksanakan mandi safar sebagai agenda wisata tahunan,” tegasnya lagi.
Halikin menuturkan, Pemkab berupaya mengemas agenda wisata itu sebaik mungkin, sehingga dapat menjadi agenda wisata unggulan. Dia mengharapkan ke depannya akan banyak agenda wisata yang dapat mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotim Fajrurrahman mengatakan, pihaknya akan mengantisipasi kemungkinan serangan buaya saat pelaksanaan mandi safar. Hal demikian juga dilakukan pada agenda yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
”Kami melibatkan aparat, baik BKSDA, Polair, Basarnas, Polisi Pelabuhan, Dinas Perhubungan Kotim, dan lainnya,” kata Fajrurrahman, seraya mengatakan, keterlibatan itu tidak hanya mengantisipasi buaya, tetapi juga pengamanan lalu lintas air di Sungai Mentaya.
Fajrurrahman menuturkan, tahun lalu, sebelum pelaksanaan mandi safar, pihaknya bersama aparatur dan dinas terkait selalu melakukan rapat internal. Namun, untuk tahun ini, rapat uitu akan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk tokoh masyarakat.
”Hal tersebut dilakukan agar bersama-sama kita melakukan upaya-upaya, apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir keadaan yang terjadi dan untuk menjaga keamanan dalam pelaksanaan kegiatan mandi safar,” ujarnya.
Fajrurrahman melanjutkan, dalam pelaksanaan mandi safar tahun sebelumnya, pihaknya menyertakan pawang, baik pawang hujan atau pawang lainnya. ”Jadi, intinya kami ingin mengundang tokoh masyarakat mengantisipasi hal-hal yang menjadi kecemasan masyarakat, sehingga mandi safar bisa terlaksana dengan baik,” ujarnya.(dc/yn/sir/ign)