SAMPIT – Peta politik Pilkada Kotim mulai tersingkap perlahan. Partai politik pemilik kursi di DPRD Kotim bersaing dan adu strategi berburu teman koalisi. Sejumlah partai tak ingin dirugikan dan memasang syarat tertentu.
Partai Keadilan Sejahtera, misalnya, Meski hanya memiliki satu kursi, partai tersebut merasa punya peran penting dalam Pilkada Kotim. PKS memberi syarat koalisi dengan partai mana pun asalkan kadernya dipasang sebagai calon.
PKS Kotim mendorong Abdul Sahid sebagai bakal calon wakil bupati. Syarat itu diberikan setelah melihat tidak ada satu partai pun yang bisa mengusung pasangan calon sendiri. Dengan kekuatan satu kursi, PKS dinilai akan jadi juru kunci.
Abdul Sahid menunjukkan keseriusannya maju. Sejumlah spanduk maupun balihonya tampak terpasang di sejumlah sudut Kota Sampit. Saat dikonfirmasi, Sahid membenarkan dirinya akan maju. Modalnya, dukungan penuh DPD dan DPW PKS Kalteng. Dia memberanikan diri mencalonkan diri sebagai bakal calon wakil bupati Kotim.
”Di Kotim tidak ada satu pun parpol bisa mencalonkan kadernya tanpa koalisi, karena tidak ada parpol yang punya delapan kursi sebagai syarat mengusung calon," kata mantan anggota DPRD Kotim dari wilayah utara ini.
Sahid menuturkan, niatnya maju tidak terlepas dari dorongan tokoh dan masyarakat yang mengharapkan ada perwakilan dari wilayah utara yang bisa maju dalam Pilkada Kotim. Wilayah utara yang masuk dalam daerah pemilihan lima dalam pemilu legislative, terdiri dari enam kecamatan dan 89 desa.
Menurut Sahid, selama perhelatan pilkada, tokoh dari pedalaman Kotim kerap dilupakan. Saat ini, pihaknya terus menjalin komunikasi politik dengan partai lain untuk berkoalisi, sehingga mampu memenuhi syarat maju dalam Pilkada Kotim.
”Masih dalam penjajakan. Kalau cocok nanti akan kami umumkan. Yang jelas PKS sementara ini memosisikan diri sebagai koalisi pengusung dengan menyertakan wakilnya,” tegasnya.
Sementara itu, koalisi partai diprediksi akan terjadi antara Gerindra, NasDem, PKB, dan Hanura. Koalisi gabungan itu bakal mengusung Suprianti Rambat. Namun, kabarnya, Gerindra memaksakan Sanidin, kadernya, sebagai bakal calon wakil Suprianti. Masalahnya, PKB Kotim juga disebut-sebut santer mendorong kadernya sebagai wakil Suprianti.
Pasangan bakal calon lainnya, Taufiq Mukri-Supriadi yang memastikan diri menggunakan Golkar, belum memiliki koalisi partai yang pasti, mengingat partai berlambang pohon beringin itu hanya memiliki enam kursi di DPRD Kotim. Terkait itu, Supriadi menegaskan pihaknya sudah memiliki koalisi. Namun, dia enggan menyebut partai yang akan bergabung bersama Golkar.
”Koalisi kami sudah cukup, tinggal menunggu deklarasi,” ujarnya.
Pernyataan Supriadi seolah membuyarkan perhitungan koalisi yang beredar belakangan ini. Pasalnya, dari sepuluh partai yang mengirim wakilnya di DPRD Kotim, partai yang ”menganggur” hanya tersisa PKS. PAN dan Demokrat kabarnya akan mengusung pasangan Rudini-Parimus.
Partai lainnya, PDIP dan Perindo, disebut-sebut sudah sepakat berkoalisi dengan mengusung calon yang telah mengikuti penjaringan di PDIP. Kabarnya, bakal calon yang diusung adalah Halikinnor, meskipun bakal calon lainnya, Ferry Khaidir juga memiliki kans yang cukup kuat.
Dengan komposisi demikian, apabila hitung-hitungan koalisi itu tak berubah, Golkar akan kesulitan mendapat teman koalisi. Bahkan, salah-salah partai tersebut bisa tertinggal alias hanya jadi penonton karena jumlah kursi yang tak cukup untuk mengusung calon.
Terkait hal tersebut, salah seorang bakal calon bupati Kotim, Jhon Krisli sebelumnya menegaskan, peta politik bisa saja berubah di detik terakhir. (ang/ign)