SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Kamis, 02 April 2020 17:16
Menang Melawan Virus Jahanam, Mental Pasien Menentukan
BERI KETERANGAN: Ergon Pranata Pieter (tiga dari kiri), pasien kedua di RSUD yang dinyatakan sembuh dari Covid-19, Rabu (1/4).(YUSHO/RADAR SAMPIT)

Perjuangan tak kenal lelah tenaga medis melawan serangan virus korona baru (Covid-19) membuahkan hasil. Sebuah kemenangan perang dengan virus jahanam itu terjadi ketika ada pasien yang berhasil disembuhkan. Di Kalteng, tercatat dua pasien yang pulih, yakni pasien nomor 1 (meski akhirnya meninggal karena serangan jantung) dan Ergon Pranata Pieter.

Mental pasien jadi kunci menghadapi masa-masa sulit saat diisolasi dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Dukungan dari berbagai pihak, terutama keluarga, kerabat, dan teman juga ikut menentukan orang yang terinfeksi bisa keluar dari ruang isolasi dengan sehat seperti sedia kala.

Raut bahagia jelas terlihat dari wajah Ergon saat dia dikonfirmasi telah sembuh dari Covid-19. Calon pendeta di Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Ebenhaezer ini merupakan pasien kedua yang dinyatakan sembuh dari Covid-19. Dia diperbolehkan pulang setelah hasil pemeriksaan laboratoriumnya dinyatakan negatif. Bahkan, terlihat jelas fisiknya sangat sehat.

Ergon sempat tidak menyangka menjadi salah satu orang yang diisolasi di ruang perawatan rumah sakit karena dinyatakan terpapar Covid-19. Pasalnya, awal mula dia dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) hingga positif, hanya berawal dari keluhan demam disertai batuk dan vertigo.

Gangguan kesehatan itu dia alami sekitar minggu kedua Maret. Ergon menuturkan, pada Februari dia sempat melakukan perjalanan ke Bogor untuk mengikuti sebuah kegiatan. Pulang dari Bogor pada 29 Februari, dia tidak merasakan gejala gangguan kesehatan apa pun. Kendala kesehatan baru mulai dirasakan pada minggu kedua Maret.

”Sebelum 20 Maret, saya demam. Sempat menggigil dan batuk sedikit. Karena sempat juga vertigo, mentor saya menyarankan untuk dibawa ke UGD Rumah Sakit Siloam. Sampai di sana, dilakukan beberapa observasi dan dinyatakan saya PDP,” ucapnya.

Setelah dinyatakan PDP, dia mengikuti semua protokol penanganan Covid-19. Salah satunya rujukan langsung ke RSUD Doris Sylvanus pada Selasa (17/3) malam. Berada di ruang isolasi rumah sakit menjadi masa sulit baginya. Pasalnya, di tahapan itu, dia harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang tak pasti.

”Saat itu saya tidak tahu, apakah positif atau negatif. Masa-masa inilah yang bagi saya menjadi tahapan paling besar. Tangisan dan haru semuanya ada di masa sebelum saya dinyatakan positif,” katanya.

Selama isolasi, Ergon diperbolehkan membawa gawai. Dia juga menganjurkan para jemaat di gereja tersebut memeriksakan diri dan melakukan isolasi mandiri. Respons jemaat sangat baik dan menaati anjurannya. Hal itu jadi dukungan paling besar baginya melalui masa-masa sulit. Apalagi tidak ada satu pun jemaat yang menjaga jarak komunikasi meski dirinya positif Covid-19.

”Saya didukung oleh jemaat saya. Puji Tuhan, mereka sangat kooperatif mengikuti anjuran memeriksakan diri dan isolasi. Jemaat mendoakan saya, tentu saya sangat bersyukur bisa berada di tengah-tengah mereka,” ucapnya.

Selama menjalani perawatan sesuai protokol kesehatan penanganan pasien positif Covid-19, Ergon mengaku tidak merasakan gangguan kesehatan, seperti sesak napas dan lainnya. Bahkan, saat dirawat selama beberapa minggu, dia tidak merasakan kekhawatiran dan bimbang. Sangat berbeda ketika menunggu hasil pemeriksaan sebelumnya.

”Sesak napas itu hanya saya rasakan sesaat sebelum menerima hasil yang menyatakan saya positif. Setelah itu, dalam masa perawatan, tidak ada keluhan. Justru sebaliknya, saya merasa ada kekuatan besar. Terlebih jemaat memberi dukungan dan doa,” katanya.

Setelah beberapa minggu menjalani perawatan, akhirnya, Selasa (31/3), Ergon mendapat kabar gembira yang menyatakan hasil tes laboratorium lanjutan menyatakan negatif. Artinya, dia telah sembuh dari Covid-19.

Dia memperoleh informasi mengenai kesembuhannya justru dari kolega, rekan, dan jemaat yang menyampaikan ucapan selamat di grup WhatsApps. Berbagai pesan yang masuk ke gawainya membuat dia bingung, karena pihak rumah sakit belum menyampaikan informasi resmi mengenai kondisinya. Ergon justru berpikir pasien di kamar sebelahlah yang sembuh karena sudah lebih lama dirawat.

”Saya sempat bingung, teman-teman mengatakan saya sembuh. Ya, bagi saya waktu itu, mau positif atau negatif, tetap harus dilewati dengan sukacita,” ujarnya.

Konfirmasi bahwa pemeriksaan laboratorium yang menyatakan negatif seakan membawanya keluar dari zona nyaman. Karena selama perawatan di ruang isolasi, para tenaga medis yang ada di tempat itu betul-betul memberikan perhatian ekstra terhadap semua pasien yang ada.

”Ini bukan semacam dari gua singa. Saya justru merasakan keluar dari zona nyaman. Saya selama perawatan mendapat penanganan kesehatan yang sangat berarti. Inilah kenapa saya katakan seperti keluar dari zona nyaman saat dinyatakan sembuh,” katanya.

Dia berpesan kepada masyarakat untuk tetap memperhatikan kesehatan di situasi sekarang. Meski di satu sisi dia menilai Covid-19 tak lebih berat dibandingkan virus demam berdarah.

”Bukannya tidak perlu khawatir, tapi kelolalah kekhawatiran itu supaya jangan sampai kita kalah oleh kekhawatiran itu. Apalagi sampai menganggap dirinya sakit parah. Tapi, memang kita harus sama-sama menjaga kesehatan,”  tandasnya. (sho/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers