SAMPIT – Sebagian warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) digegerkan dengan kabar pembunuhan di luar akal yang dilakukan seorang ibu terhadap anak kandungnya yang masih berusia 2 tahun 11 bulan. Motif tragedi itu masih misteri. Sang ibu penjagal, OS (24), hanya mengaku mendapat bisikan gaib untuk membunuh anaknya.
Kapolres Kotim AKBP Mohammad Rommel didampingi Wakapolres Kompol Abdul Azis Septiadi dan Kasatreskrim AKP Zaldy Kurniawan mengatakan, pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang menyebabkan seseorang meninggal dunia.
”Tersangka diancam dengan Pasal 44 Ayat (3) UU RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Ancamannya penjara maksimal 15 tahun," kata Rommel.
Rommel menuturkan, peristiwa itu terjadi di mess karyawan PT Karya Makmur Bahagia (KMB), Kecamatan Telawang Kotim, Sabtu (25/4) lalu. Sekitar pukul 07.00 WIB, suami tersangka berangkat ke kebun untuk bekerja, meninggalkan tersangka bersama dua anaknya.
Setelah suaminya pergi, tersangka duduk sambil menonton televisi di ruang tamu seorang diri. Kedua anaknya saat itu berada di kamar depan. Kepada penyidik, tersangka mengaku mendapatkan bisikan gaib, ”Bunuh anakmu! Bunuh anakmu.”
Tersangka lalu berniat menjalankan perintah bisikan maut itu dan bersiap membunuh anaknya menggunakan pisau. Namun, karena di rumah itu tidak ada pisau, tersangka pergi ke warung di dekat rumahnya untuk membeli sesuatu.
Di warung itu, dia melihat ada pisau dapur. Ketika pemilik warung lengah, tersangka langsung mengambil senjata tajam tersebut dan langsung pulang. Setibanya di rumah, tersangka kemudian memindahkan seorang anaknya yang masih bayi ke kamar belakang.
Kejadian selanjutnya sangat mengerikan dan di luar akal sehat manusia. Secara membabi buta wanita itu menggorok leher dan menikam tubuh darah dagingnya sendiri. Setelah membantai anaknya secara sadis, tersangka lalu menelepon suaminya dan mengaku telah menghabisi nyawa anaknya.
Suami tersangka kaget dan langsung bergegas pulang. Di lokasi, dia melihat tersangka duduk di ruang tamu sambil memegang pisau dapur. Sang suami lalu masuk kamar dan menemui anaknya sudah terbaring bersimbah darah. Pria itu lalu kembali menemui istrinya.
Tersangka kembali mengakui perbuatannya dan berniat mengakhiri hidupnya. Sang suami langsung bereaksi ketika istrinya berniat bunuh diri. Pisau yang digenggam tersangka langsung direbut, lalu berteriak meminta pertolongan warga.
Warga langsung berdatangan dan mengamankan tersangka, lalu menghubungi aparat kepolisian. Sang suami berusaha membawa bayi mereka ke klinik terdekat. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Nyawa korban tak bisa diselamatkan.
”Tersangka diperiksa kejiwaannya di RSUD dr Murjani Sampit. Dari hasil visum, di jasad korban ditemukan luka akibat senjata tajam sebanyak lima tusukan. Ada di bagian leher dan dada. Kami masih mendalami kasus ini," kata Rommel.
Sementara itu, penelusuran Radar Sampit, motif membunuh karena mendengar bisikan gaib kerap dilontarkan pelaku pembunuhan yang tega menghabisi orang-orang terdekatnya, termasuk darah dagingnya sendiri.
Dari berbagai kasus yang terjadi, sebagian besar karena menutupi motif utama. Seperti dalam kasus pembunuhan ibu kandung oleh FR di Desa Sangai 8 Januari lalu. Tersangka awalnya mengaku membunuh karena mendapat bisikan gaib. Namun, belakangan mengakui membantai ibunya karena jengkel pada sang ibu.
Pada berbagai kasus lain, bisikan gaib kerap dihubungkan pada masalah kejiwaan seseorang. Melansir keterangan Mark Rubinstein, psikiater forensik yang sering menjadi saksi ahli untuk berbagai sidang pembunuhan, orang-orang yang mendengar bisikan gaib atau suara-suara di kepala biasanya memiliki gangguan kejiwaan serius yang disebut Paranoid Skizofrenia.
”Simtomnya biasanya delusi dan halusinasi. Hal ini biasanya terjadi pada usia 20-an, usia umumnya simtom skizofrenia mulai muncul," tulis Rubinstein di laman Huffington Post seperti dikutip dari liputan6.com.
”Jelas terlihat juga dia (pelaku pembunuhan) mendengar suara-suara—mengalami halusinasi auditori—dan halusinasi perintah, yang menyuruhnya melakukan tindak kekerasan,” ujarnya lagi.
Menurut Rubinstein, rasa percaya bahwa pikiran seseorang dikendalikan pihak luar atau pikiran iblis dimasukkan ke dalam pikirannya, disebabkan ada simtom klasik dari skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan mental, yang penderitanya mengalami abnormalitas dalam mengartikan realitas.
Skizofrenia biasanya melibatkan gabungan dari halusinasi, delusi, gangguan pemikiran, dan perilaku tidak biasa. Hal ini bisa mengganggu fungsi seseorang dalam kesehariannya.
Walaupun sampai saat ini para pakar kejiwaan belum mengetahui secara pasti penyebab skizofrenia, peneliti percaya, hal itu adalah gabungan dari genetik, kimiawi otak dan pengaruh lingkungan. Semuanya berkontribusi terhadap pengembangan dari gangguan kejiwaan. Tanpa perawatan yang benar, penderita skizofrenia bisa semakin parah kondisinya dan bisa berujung pada kejadian nahas dan tragis. (dia/ign)