PALANGKA RAYA – Tabir gelap menyelimuti positifnya Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin sebagai pasien Covid-19. Selain tak ada gejala klinis apa pun, jejak penularan juga masih misterius. Di sisi lain, meski dihantam virus, Fairid memastikan penanganan pandemi tetap dalam kendali.
”Padahal, saya sehat-sehat saja. Tidak merasa gejala sama sekali, tapi kok positif ya? Mudah-mudah hasil pemeriksaan swab-nya ketukar dengan orang lain, bukan punya saya," kata Fairid, Senin (27/4) malam.
Fairid menuturkan, awalnya dia menerima hasil pemeriksaan swab pertama yang negatif. Ketika diperiksa kedua kalinya, hasilnya justru berbeda. ”Hal ini berdasarkan hasil akhir pemeriksaan swab yang saya lakukan beberapa waktu lalu. Akan tetapi, saya tidak sakit sama sekali. Artinya saya termasuk orang tanpa gejala (OTG),” ujarnya.
Belum ada penjelasan resmi dari Pemkot Palangka Raya mengenai riwayat tertularnya Fairid. Dia merupakan orang ketiga di lingkup Pemkot Palangka Raya yang terpapar Covid-19, setelah sebelumnya Sekda Kota Hera Nugrahayu dan Kadis Perkimtan Imbang Triadmaji.
Setelah Hera dinyatakan positif 1 April lalu, Fairid bersama sejumlah pejabat lainnya sempat menjalani tes swab, termasuk melakukan isolasi mandiri. Namun, hasilnya negatif. Artinya, Fairid kecil kemungkinan tertular dari Hera Maupun Imbang, mengingat masa inkubasi virus yang hanya selama dua pekan.
Di sisi lain, sebelum dinyatakan positif, Fairid aktif berinteraksi dengan sejumlah orang dalam penanggulangan wabah tersebut. Termasuk dengan sejumlah wartawan saat memberikan keterangan pers usai rapat bersama lintas instansi dan lembaga Minggu (26/4) lalu, sehari sebelum dinyatakan positif Covid-19.
Selain terkejut, Fairid mengaku sedih setelah dinyatakan positif. Hal itu jadi beban tersendiri baginya karena harus tetap memikirkan nasib masyarakat Palangka Raya serta tim garda terdepan dalam memerangi pandemi. Termasuk harus tetap memastikan roda pemerintahan tetap berjalan.
”Bagaimana berkas-berkas yang sifatnya prinsip yang harus saya tandatangani dan banyak hal saya pikirkan? Namun, setelah berbincang dengan kedua orang tua karena sudah lama tidak bertemu setelah (jadi) ODP (orang dalam pemantauan, Red) pertama kali serta saudara dan sahabat memberikan masukan, akhirnya saya bisa menerima dengan lapang dada,” katanya.
Fairid berpikiran, melalui situasi yang dialaminya, Tuhan ingin dia lebih banyak berdoa selagi bulan Ramadan, serta beristirahat. Dia juga meminta maaf kepada masyarakat dan seluruh Tim Covid-19 serta semua pihak karena tidak bisa ikut hadir di tengah-tengah permasalahan saat ini. Meski demikian, dia memastikan tetap memegang kendali penanganan.
”Insya Allah kendali terhadap kelancaran penanggulangan wabah ini tetap bisa berjalan, karena komunikasi bisa memakai video konferensi, meskipun saat ini saya sedang menjalani isolasi,” tegasnya.
Fairid berharap hal yang dialaminya bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat luas. Virus tersebut menyerang dengan sangat cepat tanpa tebang pilih, baik dengan gejala atau tanpa gejala yang bisa tak disadari sedikit pun.
”Sayangi keluarga dan orang tua kita. Hanya satu cara memerangi virus ini, hindari keluar rumah dan gunakan masker. Ikuti anjuran pemerintah. Cukup saya beserta korban positif lainnya yang merasakan virus ini,” katanya, seraya menambahkan dia telah menjalani prosedur kesehatan dan diisolasi dengan kondisi kesehatan yang stabil.
Sementara itu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalteng mendesak Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya segera mendata wartawan yang telah melakukan kontak dalam 14 hari terakhir dengan Fairid. Selanjutnya, melakukan rapid test terhadap seluruh wartawan tersebut. Hal itu penting untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di kalangan jurnalis.
”Saya mendesak Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya segera melaksakan rapid test kepada wartawan yang kontak dengan Wali Kota dalam 14 hari terakhir," kata Ketua PWI Kalteng Haris Sadikin.
Haris menegaskan, langkah itu penting dilaksanakan, mengingat aktivitas wartawan cukup padat. Setelah melakukan kontak dengan wali kota, tentu wartawan berinteraksi dengan orang lain. Itu berpotensi dalam penyebaran Covid-19.
Dinas Kesehatan Palangka Raya, kata Haris, jangan lambat bertindak, karena bisa membahayakan warga lainnya. ”Wartawan aktivitasnya tinggi dan memungkinkan berinteraksi dengan ratusan orang setiap harinya. Jangan menunggu berjatuhan korban, baru ada tindakan. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya harus peka terhadap kondisi yang terjadi,” tandasnya. (rm-104/ign)