Pandemi virus korona baru penyebab Covid-19 membuat Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Supian Hadi kurang tidur. Dalam sehari paling tidak dirinya bisa merasakan tidur nyenyak hanya satu jam, selebihnya sebentar-sebentar terbangun.
YUNI PRATIWI, Sampit
”Yang ada dalam pikiran itu bagaimana cepat menangani Covid-19 di wilayah ini" ujar orang nomor satu di Kotim ini.
Penyebaran Covid-19 yang begitu cepat membuat dirinya bersama Tim Gugus Tugas Covid-19 Kotim harus bekerja ekstra keras agar dapat menekan penyebaran virus korona. Berbagai upaya telah dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran.
”Kami terus bekerja. Lihat saja sendiri aktivitas saya sehari-hari. Ke posko untuk memantau perkembangan Covid-19," ucapnya seraya menyebut memperketat akses masuk Sampit baik darat, laut maupun udara adalah salah satu langkah yang diambil sebagai upaya pemerintah daerah untuk meminimalisir penyebaran.
”Kami bekerja dalam upaya meminimalisir penyebaran dengan melakukan penyemprotan, membagi masker, serta terus berikan imbauan kepada warga," imbuhnya.
Berbagai sembako juga telah disalurkan kepada warga yang terdampak Covid-19. Selain itu, pendataan untuk warga yang terdampak masih berjalan. Apa yang dilakukan dirinya sebagai kepala daerah dirasa sudah maksimal, namun hal itu kembali lagi kepada masyarakat.
”Kalau merasa tidak maksimal, silakan masyarakat yang menilai. Setiap hari yang saya pikirkan perkembangan Covid-19, agar kasus ini tidak meningkat dari hari ke hari," tambahnya.
Dia menyesalkan masyarakat selama ini masih menganggap remeh penyebaran virus dan sering mengabaikan anjuran pemerintah.
”Adanya pasien sembuh dari Covid-19 membuat masyarakat lengah lagi. Imbauan sudah sering disampaikan. Dari bahasa yang sopan sampai yang ngeyel," ungkapnya.
Supian menganalisa saat ada kasus warga Kotim yang terkonfirmasi positif Covid-19, jalanan sepi. Masyarakat sepertinya merasa takut dan mengikuti anjuran. Namun, selepas ke-14, lewat masa inkubasi, jalanan kembali ramai. Masyarakat seolah-olah merasa aman.
”Setiap hari saya menganalisa, seolah pas lewat 14 hari sudah aman. Padahal tidak begitu, jangan anggap remeh," harapnya.
Awalnya, kata Supian, masyarakat menggunakan masker, sekarang mulai lengah lagi. Mereka anggap kondisi sudah aman, sehingga dirinya meminta agar masyarakat lebih memahami penyebaran virus yang begitu cepat.
”Virus ini dibawa oleh manusia. Itu yang harus dipahami. Virus itu berkembang biak melalui orang ke orang," katanya.
Kasus Positif Covid-19 yang terus meningkat hingga mencapai 16 kasus, membuat Pemkab Kotim berniat mengusulkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) apabila mencapai 20 kasus Covid-19. Namun, sebenarnya, menurut Supian, dia menginginkan agar kebijakan itu jangan sampai diberlakukan.
”Jangan sampai PSBB, jadi agar tidak PSBB itu harus seperti apa, tinggal kesadaran dari masyarakatnya," tambahnya lagi.
Menurutnya, dengan PSBB berarti ada pembatasan masyarakat keluar, sehingga membuat semua jadi terhambat. ”Saat ini kondisi ekonomi saja sudah turun apalagi dengan PSBB. Adanya PSBB bukan hanya teguran bagi yang melanggar, tetapi ada sanksi juga," terangnya.
Sepusing-pusingnya urusan politik, menurut Supian, lebih pusing lagi menghadapi kondisi di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. ”Sepusingnya urusan politik, tidur tetap enak. Biar apa yang terjadi dengan dunia politik saya tidur tetap enak, waktunya tidur ya tidur. Tapi gara-gara ini pusing, susah tidur," ungkapnya.
Menurutnya, kalau urusan politik itu tidak berpikir korban jiwa, sedangkan dalam kondisi seperti saat ini korban jiwa yang dipikirkan. ”Saya sudah biasa dihantam orang dengan urusan politik. Politik itu tidak perlu dipikirkan, tapi harus dihadapi. Apa pun hasilnya, tidak pernah pusing urusan politik apa pun itu, tapi dengan ini pusing," sebutnya.
”Kadang hati juga rasa tidak karuan. Saya terus berdoa saja meminta supaya hati masyarakat dibukakan untuk bisa memahami kondisi ini dan bisa mematuhi apa yang diimbau melalui pemerintah daerah, sedangkan kami memaksa tidak bisa, PSBB juga belum diberlakukan," tambahnya lagi.
Supian mengaku pernah memimpikan orang tuanya. Dalam mimpi itu, menurut Supian, orang tuanya mengatakan agar dirinya sabar, terus mengayomi masyarakat dan memberikan contoh yang baik serta kerja dengan maksimal.
”Kalau mimpi, mimpi orang tua, orang tua bilang untuk sabar hadapi kondisi ini, ayomi masyarakat, beri contoh yang baik, dan kerja maksimal," tandasnya.
Di bulan Ramadan ini, Supian mengaku belum pernah dalam sejarahnya selama puasa berat badannya turun. Tapi, kali ini berat badannya turun dua kilogram.
”Malah biasanya habis puasa itu saya diet, karena makan yang manis-mansi jadi cepat naik, tapi sekarang berat badan malah turun 2 kg," ujarnya.
Meskipun selera makan tidak turun, justru meningkat. Bahkan, usia berbuka puasa pada jam 9 atau 10 malam Supian sering kembali makan, tapi berat badannya justru turun. ”Hitungan sekarang harus tiga kali makan, selera makan bagus, malah banyak makan, habis buka jam 9 atau 10 malam makan lagi, tapi karena pikiran ini biar makan banyak berat badan malah turun," tandasnya. (yn/ign)