SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Kamis, 21 Mei 2020 12:17
Lupa Ganasnya Corona, Banyak Warga Langgar Protokol Pencegahan
ILUSTRASI.(RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Sebagian warga Kota Sampit disinyalir melupakan keganasan virus korona baru penyebab Covid-19. Hal tersebut terlihat dari situasi di jalanan dan tempat keramaian yang dijejali manusia. Protokol pencegahan penularan virus tak lagi jadi pedoman. Padahal, ancaman meluasnya wabah itu masih sangat tinggi.

Pantauan Radar Sampit di sejumlah titik Kota Sampit, Rabu (20/5), lalu lintas jalan sangat padat. Hal tersebut terlihat di Jalan Panjaitan (arah Pasar Sejumput), RA Kartini, Muchran Ali, HM Arsyad, dan sejumlah jalur strategis lainnya. Warga juga ramai-ramai menyerbu pusat perbelanjaan, baik pasar, swalayan, dan toko baju. Ironisnya, sebagian besar orang tak menggunakan masker.

Kondisi demikian mengundang keprihatinan dan kegeraman sejumlah warga yang tetap mematuhi protokol kesehatan. Didi, misalnya. Warga Jalan Wengga Metropolitan ini menyindir secara halus masyarakat yang melanggar protokol kesehatan. Menurutnya, warga Kota Sampit seolah sudah kebal dengan virus korona.

”Banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Ramai orang di jalanan tanpa menggunakan masker,” katanya.

Didi menuturkan, situasi di Kota Sampit menggambarkan virus korona sudah tak ada lagi di Bumi Habaring Hurung. ”Masker sudah tak dibutuhkan lagi. Saya yang pakai masker justru merasa asing berada di antara mereka,” katanya.

Kotim sampai kemarin masih tergolong zona merah. Total jumlah warga yang terinfeksi Covid-19 mencapai 17 kasus, bertambah satu kasus setelah dua pekan lebih tak ada kasus baru. Pasien meninggal dengan status positif Covid-19 sebanyak dua orang. Meski jumlah pasien yang dirawat hanya empat orang, ancaman penularan virus tersebut masih sangat tinggi.

Keganasan virus itu juga terlihat dari jumlah kasus secara global yang terus bertambah setiap hari. Sampai kemarin, jumlah total manusia yang terinfeksi virus korona di muka bumi mencapai 4.761.559 orang. Virus itu juga telah mencabut nyawa 317.529 orang di seluruh dunia. Pasien meninggal umumnya karena penyakit bawaannya kian parah setelah terinfeksi korona.

Di Indonesia, jumlah kasus positif mencapai 19.189 orang. Sebanyak 4.575 orang di antaranya berhasil sembuh dan 1.242 orang meninggal dunia. Di Kalteng, penyebaran wabah itu tergolong tinggi. Dari data Gugus Tugas Covid-19 Kalteng, jumlah warga terkonfirmasi positif mencapai 241 kasus.

Fakta mengenai penyebaran virus dan dampaknya yang memilukan bagi kehidupan itu seolah dilupakan sebagian warga dengan tak mengikuti protokol kesehatan Covid-19. Warga yang dijumpai Radar Sampit, mengaku tak mengenakan masker karena kesulitan bernapas.

”Ditambah lagi cuaca yang panas di tengah bulan puasa ini, menggunakan masker jadi sesuatu yang sulit. Bernapas pun susah,” kata Oot, salah seorang warga Sampit.

Oot mengaku tak mengenakan masker bukan karena tidak takut terjangkit virus korona. Namun, menurutnya, menggunakan masker belum tentu menjamin dirinya aman.

”Kalau mencuci tangan bisa terhindar dari virus korona, kenapa salat Jumat dilarang. Padahal sudah tahu sebelum salat Jumat pun orang pasti mandi. Bahkan itu lebih bersih dibanding dengan mencuci tangan," ujarnya. Selain itu, dia juga tidak menggunakan masker karena sudah menjaga jarak dengan orang sekitar, sehingga meminimalisasi kemungkinan tertular.

Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kotim Darmawati khawatir akan muncul klaster baru  Covid-19 di Kotim. Sebab, beberapa hari terakhir tumpukan massa di sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Sampit sangat memprihatinkan. Hal itu diperparah dengan diabaikannya protokol kesehatan, seperti menggunakan maser, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.

”Saya khawatirnya muncul klaster baru. Padahal trend kasusnya di Kotim sudah mulai menurun, tetapi karena kecerobohan kita sebagai masyarakat, bisa saja meningkat lagi angka pasien Covid-19,” kata Darmawati.

Dia menyesalkan di sejumlah pusat perbelanjaan, Gugus Tugas Covid-19 Kotim tidak terlihat. Seharusnya di saat seperti sekarang keberadaan gugus tugas sangat diperlukan. Mereka harus aktif berada di pusat kerumunan manusia untuk memberikan pemahaman dan edukasi agar tetap memperhatikan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

”Paling tidak di setiap pusat perbelanjaan, petugas dari gugus ada untuk memberikan sosialisasi hingga menegur siapa pun yang berkunjung. Misalnya tanpa masker, tanpa cuci tangan , dan lain sebagainya,” kata Darmawati.

Politikus Golkar ini menuturkan, sudah hampir dua bulan ini wabah Covid-19 belum juga berakhir. Dalam kurun waktu itu, dampaknya begitu luar biasa di semua lini kehidupan masyarakat.

Menurutnya, penumpukan warga di sejumlah pusat perbelanjaan terjadi karena menjelang Idul Fitri. Namun, bukan berarti hal itu mengabaikan anjuran pemerintah. ”Kita sudah cukup lelah dengan wabah ini. Semuanya merasakan, baik yang ekonomi kelas atas hingga masyarakat akar rumput. Pengusaha sampai buruh pun begitu. Jangan sampai kita dengan egois menambah penderitaan ini karena sikap yang tidak patuh dan ceroboh,” tandasnya. (dia/yn/hgn/ang/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers