SAMPIT - Bocah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kembali ke Sampit, Sabtu (29/8) pukul 15.30 WIB. Anak berusia enam tahun yang diduga dianiaya oleh ibu dan kekasih ibunya itu menjalani tindakan operasi di Rumah Sakit Awal Bros Betang Pambelum Palangka Raya Kalimantan Tengah. Untuk sementara, korban tinggal di Rumah Aman Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lentera kartini.
Haliun, kakek LL, menyebut tindakan operasi pada lengan kiri korban yang mengalami patah tulang dilakukan pada pukul 15.00 WIB dan selesai pukul 16.00 WIB, Kamis (27/8) lalu.
"Alhamdulillah operasi berjalan lancar, dan anaknya juga tidak cerewet, lebih banyak tidur, mungkin karena efek dari obat bius," ujarnya kepada Radar Sampit, Sabtu (29/8).
Disebutkan, kondisi si bocah pascaoperasi cukup baik. Cucunya cukup lahap saat menyantap makanan. "Setelah operasi justru banyak makannya, malah minta tambah," sebutnya.
Dirinya bersyukur saat ini cucunya sudah kembali ke Sampit dan berharap kondisi kesehatan bisa pulih, baik fisik maupun psikologisnya.
Sementara itu Rusmiati tampak menangis sambil menciumi cicitnya yang baru tiba di Sampit. Selama ini korban memang tinggal bersama Rusmiati. Dirinya merasa lega setelah operasi berjalan lancar.
"Lega rasanya waktu dengar sudah selesai operasinya, saya sempat enggak selera makan, kepikiran terus," ucapnya.
Diakui wanita yang sehari-hari berjualan minuman dan makanan ringan ini, dalam kesehariannya, korban merupakan anak yang rajin dan pintar, biasa membantunya walaupun tidak diminta.
"Anaknya rajin, pintar, bisa lipat baju, kalau melihat baju yang sudah kering milih bajunya sendri untuk dilipat, atau kalau ada tamu dia yang sering menawarkan diri untuk merapikan gelas minum," ungkapnya.
Rencana ke depan, si bocah akan tetap tinggal dengan dirinya dan disekolahkan di Sampit. Meski kondisinya pas-pasan, Rusmiati masih sanggup untuk mengurus dan merawat cicitnya. Bahkan ketika ditanya terkait banyak orang yang ingin mengadopsi, dengan tegas dirinya tidak akan menyerahkan cicitnya kepada siapapun.
"Memang banyak yang meminta mau mengadopsi, tapi walau bagaimanapun, saya masih sanggup, walau hidup susah kayak gini semampu saya, akan saya urus akan saya rawat, karena sekian tahun juga saya yang urus, nanti saja tanya sama anaknya mau apa tidak, kalau saya sendiri tidak akan saya kasih ke orang lain," tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB) Ellena Rosie tampak berada di lokasi saat kedatangan korban di Rumah Aman LSM Lentera Kartini. Rosie menyebut kondisi si bocah sehat dan saat ini menjalani proses pemulihan untuk kondisi kesehatannya.
"Sesuai tugas dan fungsi kami akan melakukan pendampingan dari awal hingga akhir, bahkan hingga ke ranah hukum atau memang ada hal-hal yang perlu mendapatkan pendampingan akan kami lakukan karena memang tugas kami," jelasnya.
Rosie berharap kasus serupa tidak akan terulang kembali. Untuk itu sebagai upaya pencegahan dari dinas terkait terus melakukan sosialisasi agar tidak terjadi pernikahan dini, sebab menurutnya pernikahan dini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya KDRT karena pasangan yang belum siap secara mental.
Nurul Anggota LSM Lentera Kartini yang turut melakukan pendampingan ke Palangka Raya menyebut, pemulihan si bocah akan dilakukan di RSUD dr Murjani Sampit.
"Kami sudah ada petunjuk dari Polres Kotim, untuk recovery akan dilaksanakan RSUD Murjani selama dua kali pemeriksaan, kemudian pemeriksaan ketiga dilakukan di Palangka Raya. Kami akan terus mengawal, sampai keadaan LL betul-betul pulih," ungkapnya.
Penanganan terkait kasus hukum pelaku KDRT terhadap korban sejauh ini sudah dilakukan dengan baik. "Kami mengawal dari pelaporan, pengaduan dan pemulihan baik fisik maupun psikologisnya," tuturnya.
Lebih lanjut diakuinya memang cukup banyak pihak yang ingin mengadopsi korban, tidak hanya warga dari Sampit, bahkan ada tokoh nasional yang menurutnya bersedia mengangkat korban menjadi bagian dari keluarganya.
"Tentu saja kami tidak berhak menentukan itu, karena korban masih punya keluarga besar dan itu akan kembali kepada keluarganya," tandasnya.
Untuk beberapa hari ini korban akan tinggal sementara di Rumah Aman Lentera Kartini, namun selanjutnya LL akan tinggal di tempat keluarganya.
"Karena saya yakin tempat yang paling tepat untuk LL adalah keluarga yang selama ini mengasuhnya," pungkasnya. (yn/yit)