SAMPIT – Pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tak hanya bersaing sengit dalam menggalang dukungan. Mereka juga bertarung memengaruhi opini publik melalui hasil survei internal. Alih-alih memberi pencerahan, hal itu justru membingungkan, karena semua calon mengklaim memiliki elektabilitas tinggi dari hasil surveinya.
Sebagai contoh, hasil survei internal pasangan calon Suprianti Rambat-Muhammad Arsyad (SUPER) menduduki posisi teratas. Persentase keduanya jauh mengungguli tiga pasangan calon lainnya dengan angka 58,4 persen.
”Dari data survei, pasangan Halikinnor-Irawati (HARATI) 17,8 persen, kemudian Taufiq Mukri-Supriadi (PANTAS) 9,8 persen, dan terakhir Rudini Darwan Ali- Samsudin (Bercahaya) 9,3 persen," kata Ketua Tim Pemenangan Kotim Super Ary Dewar, Rabu (7/10).
Dari hasil survei itu, pihaknya optimistis akan memenangkan Pilkada Kotim tahun ini, karena respons masyarakat yang dinilai bagus. ”Kami tetap konsisten mengawal kemenangan pasangan Suprianti Rambat-M Arsyad hingga 9 Desember 2020 mendatang. Dilihat dari hasil survei itu, artinya tim pemenangan saat ini masih konsisten dan solid mendapatkan dan memberikan dukungan kepada pasangan SUPER. Ini harus tetap kami jaga," tegasnya.
Ary Dewar meyakini pasangan yang diusung Partai Gerindra dan PKB ini, elektabilitasnya tak perlu diragukan lagi.
Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Halikinnor-Irawati (HARATI) Ahmad Yani menuturkan, hasil survei Nusantara Politica Research and Consulting, memperlihatkan tren positif untuk paslon HARATI, yakni dengan angka 27,17 persen, Suprianti-Arsyad 23,74 persen, Rudini-Samsudin 21,65 persen, dan Taufiq-Supriadi 18,62. Kemudian, sebesar 82 persen responden belum menentukan pilihan.
”Kami menyambut baik hasil survei tersebut, tetapi kami prinsipnya ada survei internal yang kami lakukan untuk memastikan perkembangan politik paslon HARATI di tengah masyarakat. Ketika masih ada yang kurang, akan dimaksimalkan. Yang sudah bagus tentunya ditingkatkan lagi,” tegasnya.
Menurut Ahmad Yani, dari sejumlah lembaga survei, paslon HARATI selalu berada di puncak klasemen. Hal itu membuktikan tren positif dukungan yang tinggi terhadap paslon yang diusung PDIP, Demokrat, dan Perindo tersebut.
Mengutip keterangan anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia Hamdi Muluk yang dilansir bbc.com, survei yang dilakukan atas permintaan pihak tertentu dinilai sah, sepanjang lembaga survei yang dipesan tidak melakukan kejahatan akademis, seperti memalsukan data, memalsukan sampling, dan lainnya.
”Nanti, tentang hasilnya terbuka dua kemungkinan, diarahkan pada yang memesan, namun bisa juga dirilis ke publik sebagai pegangan untuk, misalnya elektabilitas atau isu-isu yang publik perlu tahu,” ujarnya.
Menurut Hamdi, studi memperlihatkan publik sebenarnya tidak terlalu mudah dipengaruhi hasil survei, karena publik melakukan penilaian tentang pelaksana survei. Dengan demikian, publik tidak terlalu mudah disetir.
”Cuma, ketika secara psikologi orang tidak punya penilaian yang firm (tegas) dan melihat ke mana kebanyakan orang memilih, maka dalam kaitan itu pemberitaan survei yang mengatakan seorang kandidat A dipilih lebih banyak, bisa memengaruhi orang-orang yang preferensinya dipengaruhi faktor-faktor konfirmasi sosial,” katanya. (ang/ign)