SAMPIT – Nyawa Muhammad Zakal (14), pelajar yang baru duduk di bangku SMP, nyaris saja melayang. Dia berhasil selamat setelah terlibat duel maut dengan seekor buaya sepanjang dua meter. Predator itu berniat memangsanya saat remaja tersebut mencari kerang di muara sungai Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kotim, Minggu (25/10) sore.
Akibatnya serangan buaya tersebut, korban mengalami luka gigitan pada bagian tangan dan luka robek di paha kaki. Informasi yang dihimpun, kejadian bermula saat Zakal bersama ayah tirinya, Zainal Arifin (41), pergi mencari kerang menggunakan perahu kecil.
Setibanya di lokasi kejadian, Zakal dan Zainal turun dari perahu dan memulai mencari kerang. Awalnya tidak ada masalah hingga buaya tersebut datang dan langsung menyerang korban.
”Buaya pertama kali menyerang dan mengigit tangan anak saya (M Zakal, Red). Kuku tajam kaki buaya itu menempel di paha kaki anak saya,” ujar Misdiansyah (42), ayah kandung korban.
Tak ingin menjadi mangsa buaya, Zakal langsung memberikan perlawanan dengan cara mengangkat dan melepaskan gigitan buaya itu dari tangan kanannya. ”Setelah gigitan buaya itu berhasil dilepas, anak saya langsung lemas hingga tak berdaya. Selanjutnya, anak saya dibawa menggunakan perahu,” tuturnya.
Menurut Misdiansyah, anaknya baru saja belajar mencari kerang. Meski pekerjaan itu berisiko tinggi karena rawan diserang buaya, pihaknya tak ada pilihan lain. Dia berharap pemerintah bisa memberikan solusi agar warga setempat bisa tetap memiliki penghasilan tanpa harus bertaruh nyawa mencari kerang.
Terpisah, Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit Muriansyah mengaku prihatin atas kejadian tersebut. Pasalnya, serangan buaya sudah berulang kali terjadi dalam beberapa minggu terakhir.
Dia berencana mengunjungi rumah korban yang mengalami luka pada bagian lengan dan kaki kanan dan kiri. ”Kami akan ke sana untuk memberi bantuan berobat dan memasang plang imbauan di area pinggir sungai dan di muara sungai," ujarnya.
Muriansyah menuturkan, warga setempat sebenarnya sudah mengetahui daerah tersebut banyak buaya karena memang habitatnya. Tetapi, karena kebutuhan untuk mencari penghidupan, pekerjaan berbahaya itu terpaksa dilakukan. ”Padahal, kerang yang didapatkan tak seberapa. Kisaran 3-5 kg dan kalau diuangkan hanya Rp 10 ribu per kg," ujarnya.
Meski mencari kerang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Desa Lempuyang, pihaknya telah berkali-kali memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap bahaya serangan buaya jenis muara tersebut.
”Kami tidak bisa melarang aktivitas warga di sana karena itulah mata pencaharian mereka dan kami sudah sering memberikan edukasi kepada warga tentang perilaku keganasan buaya. Kami selalu ingatkan agar berhati-hati serta hindari beraktivitas pada malam hari. Imbauan ini terus kami lakukan," ujarnya.
Dia juga menerima usulan agar BKSDA menangkap dan pemindahan satwa liar tersebut. Namun, hal itu tidak menjamin tak ada serangan lagi. ”Buaya terus beranak-pinak. Jadi, saat ini kami lebih fokus mengedukasi dan selalu mengingatkan warga agar berhati-hati saat beraktivitas di pinggir sungai. Kami sangat memerlukan peran aktif pemerintah agar sama-sama mengingatkan warga," tandasnya. (sir/hgn/ign)