SAMPIT – Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Untung memberikan klarifikasi soal pernyataannya yang dimuat di majalah hukum dan politik Keadilan Indonesia edisi 62 terbit 20 Agustus - 20 September. Dia keberatan dengan pemberitaan itu karena tak pernah berkata-kata seperti ditulis dalam majalah tersebut.
”Pernyataan itu tidak benar. Itulah yang membuat saya keberatan atas pemberitaan itu. Saya tidak pernah berkata seperti itu, yang menyatakan bahwa, pemimpin orang Dayak yang ada maju (dalam pilkada) ini dipaksakan. Tidak pernah saya bicara seperti itu," tegasnya, Senin (9/11).
Untung menegaskan, dirinya merupakan Dayak asli, sehingga tidak mungkin menjelekkan sesama sukunya sendiri. ”Buat apa saya membuat pernyataan itu. Saya kan orang Dayak. Masa saya menjelekkan orang Dayak? Kan tidak masuk akal itu," katanya geram.
Untung mengungkapkan, dua wartawan majalah itu mewawancarainya bersama seseorang yang dikenalnya. Sebelumnya wartawan tersebut telah meminta izin merekam percakapan mereka. Untung pun mempersilakannya.
”Jadi, kalau ada apa-apa di kemudian hari, kalau dia menghapus rekaman, itu kan salahnya. Kalau saya komplain, berani buka rekaman kalau memang masih ada rekamannya," ujar Untung.
Untung mengaku tidak menerima majalah tersebut. Pernyataan yang termuat dalam majalah yang terbit bulanan itu diketahuinya dari media sosial.
”Yang saya kaget, kenapa beritanya seperti itu? Ini artinya saya melecehkan warga saya sendiri. Saya sendiri sebagai orang Dayak," katanya.
Terkait judul yang termuat dalam pemberitaan tersebut, Untung juga menyebut tidak mengatakan demikian. Dia hanya menyebut empat pasangan calon (paslon) Pilkada Kotim merupakan putra-putri terbaik Kotim. Menurut Untung, saat dia diwawancara, paslon belum ditetapkan.
Sebagai Ketua Harian DAD Kotim, dia mengayomi semua suku berdasarkan hukum adat Dayak. Di mana, kata Untung, orang Dayak menjadi teladan bagi suku yang lain, karena hukum adatnya dipakai.
”Berarti saya mengayomi semua suku yang ada di sini, yang mana ketika orang minta pendapat, tidak mungkin saya menjelekkan orang tersebut," jelasnya.
Dalam majalah tersebut tertulis pertanyaan dari wartawan yang menanyakan, 'Bagaimana Anda melihat kontribusi masyarakat pendatang di Kotim?’. Dalam tulisan itu, Untung menjawab ’Kontribusi warga pendatang luar biasa. Secara jujur, kita harus akui bahwa orang Dayak untuk menjadi pemimpin masih terkesan dipaksakan. Artinya, kalau dikatakan siap, itu belum siap. Mungkin sepuluh tahun kedepan baru bisa siap memimpin'.
”Pada prinsipnya saya keberatan dengan itu karena tidak ada menyatakan seperti yang ada pada pemberitaan itu. Kalau bagian yang lain oke saja. Sekalipun ada yang tidak sesuai, tapi masih bisa ditoleransi. Tapi, untuk bagian itu yang membuat saya keberatan," tegasnya. Untung berniat melaporkan hal tersebut ke polisi karena merasa merugikan. (yn/ign)