PANGKALAN BUN – Sepuluh penambang emas tertimbun di RT 06 Sungai Seribu, Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Rabu (18/11) pukul 10.00 WIB. Hingga Jumat (20/11) sore, baru tiga jenazah yang berhasil dievakuasi petugas gabungan. Diperkirakan tujuh orang lainnya yang masih berada di dalam lubang dengan kedalaman 65 meter juga tidak selamat.
Diduga dinding galian tambang emas yang digali oleh para pekerja jebol diterjang air bah. Air yang menerjang para pekerja tambang tersebut berasal dari lubang galian lama, yang diduga terhubung dengan lubang galian baru di mana para pekerja sedang melakukan aktivitas penggalian.
Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD Kobar, Basarnas diterjunkan ke lokasi kejadian. Jarak tempuh dari Pangkalan Bun ke lokasi tambang sekitar tiga jam perjalanan darat. Evakuasi yang dilakukan sejak Rabu malam hingga Jumat siang, baru tiga pekerja yang dievakuasi. Kondisima sudah meninggal dunia.
Tiga jenazah ditemukan dengan waktu yang berbeda. Dua jenazah pertama yang berhasil dievakuasi bernama Yuda (24) asal Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dan Rana Solihat (20) asal Cikeusal Kabupaten Tasikmalaya, Jabar.
Sementara satu jenazah lainnya yang berhasil diangkat pada pukul 14.30 WIB diketahui bernama Nurhidayat (26). Saat pengangkatan jenazah kondisi ke tiga jenazah sudah dalam proses pembusukan, hal itu ditandai dengan bau yang keluar dari tubuh mereka.
Ketiga jenazah langsung dilarikan ke RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun untuk menjalani proses visum.
Sedangkan tujuh penambang lainnya masih terjebak di dalam lubang adalah Tatan (30), Muharom (22), Reza (20), Susan (25), Bayu (25), Dian (26), Mukadir (47).
Tim melakukan rapat koordinasi di lokasi kejadian dengan melibatkan Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah, Kapolres Kobar AKBP Devy Firmansyah, Koramil Arut Utara, Basarnas, dan BPBD Kobar.
Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah mengatakan, saat ini proses evakuasi pengangkatan tujuh penambang yang tersisa akan dilanjutkan pada keesokan harinya, mengingat cuaca di lokasi kejadian diguyur hujan deras.
"Tim saat ini sedang bekerja untuk melakukan evakuasi, dan dari 10 korban ada sebanyak tiga jenazah yang dievakuasi, namun proses evakuasi akan kita lanjutkan pada esok hari karena cuaca sangat tidak mendukung," ujarnya di lokasi kejadian.
Selain kendala cuaca, tim juga mengalami kesulitan mengingat posisi tujuh jenazah tersisa berada di lubang yang sangat dalam. Bila tidak diperhitungkan dengan matang, maka dikhawatirkan justru mencelakakan petugas.
"Segala risiko ini masih dikaji oleh tim, bagaimana skenario untuk pencarian dan evakuasi tujuh jenazah yang masih berada di dasar lubang," imbuhnya.
Sementara itu Camat Arut Utara Nursyah Ikhsan menyampaikan, kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja tambang asal Tasikmalaya tersebut bermula dari aktivitas rutin yang mereka lakukan. Pada hari nahas tersebut, terdapat sebanyak 12 pekerja yang rencananya akan melakukan penggalian, 12 orang tersebut dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok pertama sebanyak 10 orang masuk ke dalam lubang terlebih dahulu pada pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB.
Kemudian 2 orang lainnya menyusul masuk ke dalam lubang pada siang harinya pada pukul 10.00 WIB, namun belum sampai ke bawah lubang mereka mendengar ada suara keras dari dasar lubang. Mengetahui hal itu, mereka bergegas naik ke atas dan memberitahu penambang lainnya di sekitar mereka.
"Saat dilakukan proses evakuasi, tim mengerahkan empat unit mesin penyedot air," katanya.
Sementara itu, informasi yang berhasil dihimpun di lokasi kejadian, lubang tambang tersebut diketahui milik Riki, warga asal Tasikmalaya. Diduga lokasi tambang emas tersebut merupakan tambang ilegal.
Wilayah pertambangan emas di Kelurahan Pangkut tersebut sudah ada sejak tahun 1980-an silam. Namun untuk tambang galian darat ini baru beroperasi di atas tahun 2010. (tyo/yit)