SAMPIT–Pasangan Halikinnor-Irawati atau populer dengan sebutan pasangan Harati dianggap paling berpeluang memenangkan Pilkada Kotawaringin Timur. Dalam survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP), elektabilitas pasangan Harati mencapai 36,82 persen.
"Elektabilitas pasangan nomor urut satu ini mencapai 36,82 persen, sehingga berdasarkan elektabilitas tersebut pasangan HARATI paling berpeluang menang," ujar Sunarto Ciptoharjono, Direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP), salah satu sister company dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI- Denny JA), saat memaparkan hasil survei di Aquarius Boutique Hotel Sampit, Jumat (4/12).
Sedangkan rangking kedua diduduki oleh pasangan Suprianti Rambat-M Arsyad dengan perolehan 21,59 persen. Pasangan berikutnya adalah M Rudini Darwan Ali-Syamsudin dengan perolehan 20,68 persen. Sementara pasangan M Taufiq Mukri-Supriadi MT memeroleh 10,23 persen. Survei ini masih menyisakan responden yang menjawab ragu ragu, tidak tahu atau tidak menjawab yang biasa disebut dengan swing voters sebesar 10,23 persen.
Sunarto menyebut, hasil survei ini bisa saja berbeda dengan realita di hari pencoblosan jika ada kejadian luar biasa. "Kalau ada kejadian luar biasa, siapa yang tahu. Hal seperti ini bisa disebut tsunami politik. Itu bisa mengubah keadaan," terangnya.
Menurutnya, faktor lain yang bisa mengubah keadaan yakni adanya money politic yang masif. "Jika dilihat sisa waktu lima hari lagi, saya rasa sulit dikejar, paling berpeluang HARATI," sebutnya.
Alasan seseorang memilih kandidat terkait faktor rasional dimana pilihan berdasarkan kompetensi, program, apa yang dijanjikan, dan lainnya. Sedangkan pilihan irasional cenderung berdasarkan kesamaan identitas suku, agama, bahkan seseorang memilih yang cenderung populer.
Menurut Sunarto, ada banyak alasan seseorang untuk memilih. Pertama, kesamaan identitas. Orang akan cenderung memilih identias yang sama daripada yang berbeda.
Kedua, opini publik. Ketika orang dipersepsikan berhasil, biasanya orang akan memilih yang berhasil. Ketiga, kompetensi melalui debat publik , dimana orang bisa mengukur sejauh mana kandidat itu berkompeten.
"Karakter pemilih Kotim sebagian besar memilih karena kesamaan identitas daripada memilih berdasarkan program atau kompetensi atau hal menyangkut visi, misi. Tapi saya belum detail meneliti di sini soal politik identitas. Tapi secara garis besar, orang lebih nyaman memilih kandidat yang punya tingkat kesamaannya lebih tinggi daripada perbedaannya, baik agama, suku, ras dan lainnya," jelasnya.
Jika berbicara program para kandidat adalah hal normatif. Semua program berkaitan masyarakat adil dan makmur dengan segala macam terjemahannya.
"Harusnya kandidat itu menerjemahkan dalam program-program rasional yang mudah ditangkap, kurang lebih itu yang bisa mempengaruhi suara atau elektabilitas," sebutnya.
Terkait dengan debat publik yang dilakukan para kandidat, umumnya tidak berpengaruh cukup signifikan. Apalagi jika dikaitkan dengan debat publik yang dilakukan oleh para kandidat Pilkada di Kotim.
"Jika dilihat kondisi di Kotim, saya rasa tidak banyak masyarakat yang menonton debat publik, khususnya masyarakat di pedalaman," tambah Sunarto.
Diakuinya, survei dilakukan sebelum debat publik. "Kami hanya bertanya pada masyarakat yang menonton debat publik, yang mana dugaan saya sebagian besar tidak menonton, karena faktor struktur ekonomi, tingkat pendidikan dan lainnya. Hanya segelintir saja yang menyaksikan. Kalau dalam piramida, hanya puncak piramida saja yang memperhatikan debat publik," ungkapnya.
Lebih lanjut Sunarto menjelaskan, survei tersebut dilakukan pada tanggal 23-29 November 2020. Survei ini menggunakan metode acak bertingkat dengan mewawancarai 440 responden yang tersebar di seluruh kecamatan di Kotim. Survei ini menggunakan margin of error sebesar plus minus 4,8 persen.
"Artinya bila jarak perolehan antar kandidat dalam batas margin of error, maka secara statistik posisi kandidat dikatakan setara," kata Sunarto.
Adapun terkait pasangan Halikinnor-Irawati yang paling berpeluang memenangkan pilkada Kotim tahun ini, Sunarto menjelaskan berdasarkan tren yang dilihat dari tracking survei yang dilakukan sebelumnya, yakni pada bulan September, pasangan Halikkinnor-Irawati mengalami kenaikan yang paling signifikan yakni sebesar 19,32 persen. Sedangkan kenaikan elektabilitas berikutnya diperoleh Pasangan M Rudini Darwan Ali - Syamsudin sebesar 7,73 persen. Pasangan Suprianti Rambat - M Arsyad hanya mengalami kenaikan sebesar 4,49 persen. Sedangkan pasangan M Taufik Mukri - Supriadi MT justru mengalami penurunan sebesar 3,64 persen.
Faktor lain yang mendorong elektabilitas pasangan HARATI naik secara signifikan adalah kenaikan popularitas yang cukup tinggi dibanding survei periode sebelumnya. Halikinnor memperoleh kenaikan popularitas sebesar 10,91 persen yakni dari 58,18 persen pada bulan September menjadi 69,09 persen pada November. Kenaikan popularitas Halikinnor didukung oleh kenaikan popularitas pasangannya, Irawati sebesar 22,96 persen dari 37,95 persen pada bulan September menjadi 60,91 persen pada bulan November. Sedangkan kandidat bupati yang lain kenaikkan popularitasnya masih di bawah 2 persen.
Selain kenaikan popularitas, pasangan HARATI juga mengalami kenaikan tingkat kesukaan. Tingkat kesukaan terhadap Halikinnor dari 69,53 persen menjadi 73 persen, naik 4,15 persen, sedangkan tingkat kesukaan terhadap Irawati naik sebesar 9,28 persen, dari 66,47 persen menjadi 75,75 persen .
"Jadi faktor Irawati menjadi kunci dari kenaikan perolehan suara HARATI. Irawati dikenal sebagai adik kandung dari Bupati incumbent Supian Hadi. Dalam survei kali ini masyarakat yang menilai kinerja Supian Hadi sebagai bupati berhasil sebanyak 77 persen," terangnya.
Dimana ketika masyarakat puas terhadap bupati incumbent, maka incumbent sangat berpengaruh apabila memberikan dukungan kepada salah satu calon, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi selain kepopuleran kandidat, kali ini peran Supian Hadi bisa dikatakan sebagai king maker.
Terkait hasil pencoblosan pada pilkada Kotim nanti, pihaknya meyakini sudah bisa mengetahui siapa pemenangnya dua jam setelah TPS ditutup. "Saya janji 2 jam setelah TPS ditutup sudah bisa tahu siapa pemenangnya," tandasnya.
Sementara itu menyangkut biaya survei yang dilakukan dirinya menyebut, biaya tersebut sepenuhnya didanai secara mandiri yang disisihkan dari keuntungan yang diperoleh melalui bisnis kantornya.
"Biaya secara mandiri, karena kami di kantor banyak bisnis yang bisa mendukung untuk data-data survei, jadi survei itu kami sisihkan dari keuntungan yang kami punya dari kantor," tutupnya. (yn/yit)