PALANGKA RAYA – Sensitivitas pasca pemungutan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalteng sangat terasa. Seperti insiden mis komunikasi hingga tim Pasangan Calon 01 Ben Brahim S Bahat -Ujang Iskandar mengira ada hal tak beres di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palangka Raya. Yakni saat melihat beberapa orang membawa kotak suara dari KPU hingga menduga ada pencurian.
Padahal bukan demikian dan terjadi mis. Namun insiden itu tetap membuat tegang para pihak di Kantor KPU, Senin (14/12) malam. Terlihat juga Riban Satia yang merupakan ketua Relawan 01. Bahkan beberapa personel Polri pun nampak mendatangi lokasi. Padahal yang membawa kotak suara itu merupakan mahasiswa UPR dengan tujuan penyenggaraan presma dan wapresma BEM UPR.
Ketua Tim Relawan Manggatang Utus Betang Hapakat Kalteng pendukung paslon 01 Sawinta, pihak yang memergoki aktivitas itu menyampaikan awalnya dirinya menugaskan sekretaris dan anggota mengecek di KPU. Tak lama melihat beberapa orang keluar menggunakan sepeda motor secara beriringan membawa kotak suara dari seng. Saat itu ditanya mereka mengakui bahwa benda itu akan dibawa ke Universitas Palangka Raya. "Merasa curiga, saya perintahkan langsung tangkap. Namun setelah dicek hanya kotak kosong dan bukan kotak suara hasil pilkada Kalteng," sebutnya.
Dia menyampaikan bahwa menyesalkan adanya langkah tersebut, terlebih saat ini masih dalam tahapan pilkada serentak."Tadi dikira kotak kosong dan tidak, namun kami mencurigai kotak kosong bisa ditukar. Saya hanya curiga dan bisa saja,kotak itu kosong tapi pas kembali bisa berisi," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa memang hal itu sudah dikonfirmasi pihak KPU dan tidak ada persolan. Namun tetap pihaknya menekankan dalam momen seperti ini tidak satu pun yang boleh keluar, apa lagi kotak suara."Ini rawan, sebab di KPU ini sudah terkumpul kotak suara. Baik itu kosong atau berisi, yang jelas momen saat ini pilkada," pungkasnya.
Sementara itu Komisioner BEM Fakultas Hukum, Andre menyampaikan bahwa hal itu hanya salah paham dan ia berpikir terjadi mis komunikasi antara KPU kota dan pihak tim paslon, sebab sebenarnya kami meminjam untuk pemilihan rakyat di Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Palangka Raya.
Hanya saja saat mengambil kotak dan bilik suara menggunakan sepeda motor secara beriringan, sehingga dikira mengambil benda tersebut."Mungkin tadi dilihat salah karena kami mengambilnya pakai motor. Ada 10 kotak suara dan 20 bilik. Konkretnya itu untuk pemilihan presiden dan wakil presiden BEM, yang akan digelar 17 Desember 2020 nanti," ujarnya.
Kata dia, permohonan peminjaman sudah secara resmi dilayangkan kepada KPU kota. Maka itu berani meminjam benda tersebut, walaupun memang dalam pengambilan tidak ada berita acara yang disampaikan KPU."Kami ambil tadi sore, memang tidak ada pengawalan. Membawanya pun berenam saja dan itu dua kali balik menggunakan sepeda motor.Intinya ini salah sangka saja, sebab kotak dan bilik itu cadangan mereka," pungkas Andre.
Sementara itu, Ketua KPU Kota Ngimatul Choriyah menyampaikan bahwa KPU Kota melayani masyarakat dalam hal peminjaman kota suara sesuai aturan berlaku, sebab hanya KPU memiliki kotak dan bilik suara. "Jadi yang dipinjam adalah kotak suara alumunium yang digunakan pada pemilihan tahun 2014 dan tak terpakai lagi, sebab biasanya yang minjam SMA dan Mahasiswa baik pemilihan OSIS atau BEM. Saya pastikan bahwa itu bukan logistik pilkada tahun 2020 dan itu kondisi kosong," tekannya.
Dia menambahkan dengan kejadian itu, kotak suara tak jadi dipinjamkan. Apalagi kegiatan tersebut tak diijinkan oleh gugus tugas Covid-19."Kami batalkan dan jujur itu biasa saja peminjaman dan memang ada surat resmi. Jadi semua miss komunikasi." pungkasnya.(daq)