SAMPIT - Serangan buaya kembali terjadi di Sungai Mentaya, Jumat (1/1) pukul 23.30 WIB. Kali ini korbannya Bariah, seorang nenek asal Desa Pelangsian, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Sebelumnya, buaya juga menyerang bocah laki-laki di anak Sungai Hambawang, Desa Ganepo, Rabu (30/12) lalu.
Akibat serangan hewan buas tersebut, Bariah mengalami putus lengan kiri. Kaki kirinya mengalami patah tulang dan luka robek.
Berdasarkan keterangan cucu korban, Zulkifli, sekitar pukul 23.30 WIB neneknya baru saja selesai buang air besar ke jamban yang lokasinya berada sekitar tiga meter dari belakang rumah. Rumah korban berada persis di tepi sungai yang tak jauh dari Dermaga Pelangsian.
"Setelah selesai buang air besar di jamban, nenek membilas tangannya dilanting yang jaraknya sekitar dua meter dari belakang rumah. Malam itu air sedang pasang dan saat itulah buaya langsung menerkam tangan sebelah kiri nenek saya," kata Zulkifli saat ditemui Radar Sampit di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit dr Murjani Sampit, Sabtu (2/1) siang.
Zulkifli mengatakan, buaya menarik korban sampai ke dalam sungai dan nyaris membuat Nenek tenggelam.
"Saat itu posisi saya sudah tidur di rumah. Warga yang melihat yang menceritakan ke saya, kalau Nenek saya teriak minta tolong. Saat itu nenek sudah masuk dalam air dan hanya terlihat kepala dan sempat mengangkat tangannya meminta tolong," katanya.
Mendengar jeritan Bariah, keluarga korban dan warga sekitar segera menolongnya.
"Adik nenek bersama suaminya kebetulan datang malam-malam. Padahal, nenek tinggal sendiri. Suami nenek bekerja di Jalan Jenderal Sudirman Km 29. Tetangga di seberang terbangun mendengar teriakan langsung ikut menolong," ujarnya.
Menurut Zulkifli, buaya nyaris saja melahap tubuh korban. Namun, tubuh korban terhalang kayu sehingga kedua saudara korban berusaha menarik sekuat tenaga. Aksi tarik menarik antar hewan predator dengan saudara korban akhirnya dapat menyelamatkan nyawa korban. Namun, kuatnya tarikan mengakibatkan tangan kiri korban putus dan kaki sebelah kirinya sobek.
"Kalau tidak terhalang kayu, nenek tidak berteriak, mungkin kami sekeluarga tidak bisa menemukan keberadaan nenek," ucapnya dengan raut kesedihan.
Zulkifli dibantu sekitar tujuh warga setempat menggontong tubuh korban ke mobil ambulans, dan dilarikan ke IGD RSUD dr Murjani Sampit.
"Malam tadi cukup lama menunggu ambulans datang dari Pelangsian. Saya mengantar sendiri sama sopir ambulans. Sampai IGD Sabtu pukul 01.30 WIB," ujarnya.
Setibanya di IGD, kaki sebelah kirinya dijahit. Sabtu siang jam 14.00 WIB, dilanjutkan operasi bagian tangan kiri.
Tak sampai disitu Zulkifli dan keluarga kembali dibuat panik setelah tenaga kesehatan menyatakan Bariah reaktif Covid-19 setelah menjalani rapid test. Krisna, cucu korban yang juga ikut mendampingi pada pagi harinya, langsung panik mendengar hal tersebut.
"Kami menerima saja kondisi nenek. Tapi, kami dari pihak keluarga tidak diberitahu. Tahu-tahu langsung dikabari nenek reaktif. Enggak tahu pasti itu diperiksa rapid test atau apa," kata Krisna.
Selain mengkhawatirkan neneknya, Krisna juga mengkhawatirkan kondisi warga sekitar yang menolong neneknya tertular virus korona.
"Saya tidak mau menutup-nutupi. Lebih baik berterus terang. Kalau memang hasilnya reaktif, yang saya khawatirkan warga yang menolong nenek dan termasuk saya yang mengganti pampers nenek. Itu sudah ada kontak fisik, harus gimana?" ujarnya.
Krisna mengatakan Neneknya memiliki riwayat penyakit sakit asma, batuk-batuk, dan sering sakit pada bagian kaki.
"Sebelum masa korona memang punya riwayat sakit asma, batuk, dan sering sakit di bagian kaki. Sakit orang tua," katanya.
Krisna mengatakan kabarnya nenek akan dilakukan pemeriksaan tes swab pada Senin (4/1).
"Ini sudah selesai dioperasi. Dirawat di ruang isolasi Teratai. Senin, Nenek tes swab. Mudah-mudahan hasil negatif agar kita semua merasa tenang," katanya.
Bariah tidak memiliki KTP, KK, apalagi kartu BPJS. Sehingga biaya operasi yang diperkirakan mencapai Rp 10 juta bakal ditanggung sendiri.
"Dari perawatan malam hingga sore ini biayanya kata dokter Rp 1,5 juta. Dikasih waktu dua hari sambil mencari bantuan. Ini biayanya belum termasuk operasi. Nenek sekarang dirawat di ruang isolasi per malam Rp 250 ribu ditanggung pemerintah kalau hasilnya pemeriksaannya positif. Saya berdoa saja semoga nenek hasilnya negatif," tandasnya.
Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah mengaku sudah menerima informasi terkait kejadian tersebut. BKSDA akan segera menangkap buaya yang menyerang Bahriah.
Muriansyah berangkat menuju lokasi penyerangan buaya di Desa Pelangsian Sabtu pukul 16.30 WIB.
"Kami bersama anggota kepolisian berangkat menuju rumah korban dan menuju lokasi penyerangan buaya. Kami imbau warga yang tinggal di tepian Mentaya agar berhati-hati beraktivitas pada pagi, siang dan terutama malam hari," tandasnya. (hgn/yit)