PALANGKA RAYA – Ratusan buruh asal Nusa Tenggara Timur (NTT) berharap pemerintah bisa memberikan bantuan berupa sembako, pakaian, dan selimut. Para buruh yang kini ditampung di Gereja Katedral itu juga meminta Gubernur Kalteng turun tangan menyelesaikan masalah mereka.
”Kami berharap pemerintah dengan cepat bisa memulangkan ke daerah asal, terlebih dari 247 pengungsi ini ada tiga orang yang sedang hamil. Sebelum itu, kami perlu sembako, pakaian, dan selimut,” kata salah seorang buruh Maria Hasteris, Rabu (27/4).
Maria menuturkan, pihaknya belum tahu kapan akan dipulangkan. Pihak perusahaan akan kembali menggelar pertemuan pada 2 Mei nanti membahas nasib buruh tersebut. ”Fokusnya tetap mau pulang. Senin 2 Mei akan dilakukan pertemuan lagi sama perusahaan. Kami minta gubernur datang dan memperjuangkan nasib para buruh ini,” katanya.
Meski belum belum ada kejelasan kapan akan dipulangkannya ke tempat asal, pihaknya masih bisa bernafas lega. Pasalnya, di kompleks Gereja Katedral masih terbilang nyaman dibanding tempat penampungan mereka sebelumnya di Jalan Badak Ujung.
Sementara itu, Korwil KSBSI Kalteng Karliansyah menolak disebut menelantarkan para buruh itu. Dia bahkan menegaskan, telah berjuang membela buruh hingga ke sidang Tripartit sampai keluarnya anjuran Disnakertrans, tetapi PT ASL malah menolak anjuran itu.
Karliansyah mengungkapkan, PT ASL yang menelantarkan buruhnya dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tidak mengembalikan hak-hak buruh. ”Intinya kami menolak dikatakan menelantarkan. Kami pun akan mengugat PT ASL karena menelantarkan buruh,” pungkasnya. (daq/ign)