PANGKALAN BUN – Penemuan puing badan roket antariksa yang diduga milik China National Space Administration (CNSA) oleh warga Teluk Ranggau, Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, mulai memunculkan kejanggalan.
Kejanggalan muncul akibat tidak sinkronnya kepastian waktu penemuan puing dengan keterangan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin saat siaran langsung di salah satu televisi nasional.
Arfandi, warga Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai yang mengaku sebagai orang pertama yang menemukan sampah antariksa tersebut menjelaskan, benda yang mirip badan pesawat terbang itu ditemukan pada 1 Januari 2021, pukul 22.00 WIB, saat dia memancing bersama enam anggota keluarganya.
Sementara itu, dalam keterangan resmi Kepala LAPAN Thomas Djamaludin, serpihan sampah antariksa milik China tersebut jatuh pada 4 Januari 2021 sekitar pukul 14.20 WIB di bagian selatan Pulau Kalimantan.
Mengacu keterangan LAPAN dan saksi mata penemu material sampah antariksa tersebut, ada perbedaan waktu tiga hari, sehingga antara waktu penemuan serpihan sampah antariksa dan waktu jatuhnya dinilai lebih dulu penemuan warga.
”Saat itu saya pergi memancing bersama keluarga dan menemukan benda tersebut pada Jumat 1 Januari sekitar pukul 21.00 WIB," tegas Arfandi.
Arfandi melanjutkan, mengingat di lokasi penemuan tersebut tidak ada jaringan seluler dan ketika pulang ke rumah memerlukan waktu, temuan yang sempat mereka videokan tersebut baru diunggah di Facebook melalui akun Andi Andisukandi pada Senin (4/1) sekitar pukul 15.20 WIB.
”Karena saat menemukan kami tidak bisa langsung memberitahukan ke pihak berwenang, tidak ada sinyal. Jadi kami posting saja di Facebook dan heboh," ungkapnya.
Saat dikonfirmasi terkait kejanggalan tersebut, Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Pontianak Kuncoro mengatakan, pihaknya sedang melakukan pengamatan dan perekaman. Hasilnya nanti akan disampaikan ke LAPAN pusat.
”Dari pusat yang akan melaksanakan investigasi terhadap objek tersebut," jelasnya.
Ketika ditanyakan apakah sampah antariksa yang jatuh dan melewati orbit serta terjadi gesekan dengan atmosfer bumi bentuknya akan hancur atau masih utuh seperti serpihan roket di Teluk Ranggau itu, menurutnya, akan ada tim yang meneliti hal itu lebih lanjut. Pihaknya tidak punya kewenangan dan keberanian untuk memberikan penjelasan.
”Kami hanya berkoordinasi, melihat, dan melakukan perekaman terhadap objek, dan itu perintah dari pimpinan," pungkasnya.
Sementara itu, hal lain yang masih menjadi misteri adalah terkait ditemukannya instrumen lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan antariksa, seperti baju isolasi dan satu buah life jacket bertuliskan Yuan Wanghai Panama yang ditemukan 500 meter dari penemuan objek puing roket. Diketahui kapal tersebut juga sempat melintas di perairan tersebut.
Sebagai informasi, dalam rilis resmi pada 5 Januari 2021 sore, Pusat Sains Antariksa LAPAN menerima laporan adanya benda buatan yang jatuh di Teluk Kramat, Kalimantan Tengah. Benda berukuran besar tersebut (sekitar 3 x 4 meter) jatuh sehari sebelumnya dan telah diperiksa aparat Polri dan TNI. Ada kemungkinan bahwa benda tersebut merupakan sampah antariksa yang berasosiasi dengan Roket Chang Zheng (Long March) milik Tiongkok yang digunakan untuk meluncurkan satelit Beidou 3-IGSO 3 pada tanggal 4 November 2019.
Analisis singkat yang dilakukan, yakni pada 4 Januari 2021 pukul 14.01 WIB, sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id mendeteksi empat objek yang melintas di atas wilayah Indonesia dengan ketinggian rendah. Objek CZ-3B R/B yang memiliki nomor katalog NORAD 44710 merupakan objek dengan orbit lonjong yang mencapai ketinggian minimum (perigee) sekitar 121 kilometer di atas permukaan Bumi sementara ketinggian maksimumnya hampir 11.500 kilometer.
Model peluruhan orbit yang diadopsi memperkirakan bahwa bekas roket tersebut akan mengalami reentry dalam waktu dekat, yakni pada Maret 2021. Dengan input yang sedikit berbeda, model peluruhan tadi sempat memberikan prediksi reentry pada 4 Januari 2021. Simpangan waktu prediksi reentry tersebut wajar terjadi, terlebih untuk objek yang memiliki orbit lonjong.
Berdasarkan pemantauan virtual orbit benda jatuh antariksa yang telah dilakukan, objek nomor 44710 dianggap sebagai benda antariksa yang paling mungkin jatuh di pesisir Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada tanggal 4 Januari 2021.
Berdasarkan foto yang diterima, terdapat beberapa indikasi yang membantu identifikasi objek. Pertama, struktur yang ditemukan berbentuk segmen tabung kulit dengan diameter 3-5 meter. Di salah satu sisinya tergambar bendera Tiongkok serta logo China National Space Agency (CNSA) yang tampak sedikit terbakar. Segmen kulit tabung tersebut masih tampak berwarna putih dengan sedikit bekas terbakar di beberapa bagian. Foto diperoleh dari aparat setempat. Indikasi tersebut disertai analisis orbit yang disebutkan sebelumnya mengarah pada dugaan bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian luar roket Chang Zheng 3B yang diluncurkan tanggal 4 November 2019 yang lalu.
Namun, ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan. Benda yang mengalami reentry akan mengalami gesekan dengan atmosfer hingga memanas dan terbakar. Sebagian besar benda akan terbakar atau setidaknya akan tampak hangus ketika mencapai permukaan Bumi.
Hanya benda dengan material ekstra kuat yang dapat bertahan dan menyisakan bagian yang mencapai permukaan Bumi. Proses reentry juga dapat disertai ledakan yang akan mencerai-beraikan roket. Selubung luar roket dapat terkoyak tak beraturan. Pemikiran ini membuat kesimpulan bahwa benda yang jatuh di Kotawaringan Barat merupakan bekas roket CZ-3B menjadi tidak sepenuhnya meyakinkan.
Bila memang temuan tersebut merupakan bagian luar dari roket CZ-3B, maka potensi bahaya radiasi dari zat radioaktif terbilang kecil. Zat radioaktif biasa digunakan dalam sistem pembangkitan daya di satelit, salah satunya berupa Radioactive Thermoelectric Generator (RTG).
Belum ada indikasi bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian dari RTG dengan potensi bahaya radiasi. Meski demikian, prinsip pencegahan perlu diterapkan yakni dengan menangani benda temuan dengan hati-hati dan menghindari kontak langsung dalam waktu yang lama. (tyo/sla/ign)