Saat hujan angin, rumah goyang-goyang. Saat malam, gelap tanpa penerangan listrik. Kehidupan melarat ini dijalani pasangan suami istri, Raiz (74) dan Saudah (46), warga Warga Jalan Tjilik Riwut Kilometer 17, Kelurahan Marang, Palangka Raya.
DODI, Palangka Raya
Saudah merupakan wanita asli Mantaren, Kabupaten Pulang Pisau. Sedangkan Raiz adalah pria kelahiran Jember. Pasangan ini sudah puluhan tahun merantau di Bumi Tambun Bungai. Keduanya menikah tahun 1990-an.
Raiz dan Saudah tidak punya pekerjaan tetap. Sumber penghidupannya dari upah membantu warga sekitar. Raiz terkadang mengambil upah dari membersihkan pekarangan warga. Sedangkan Saudah menyiapkan makan di rumah.
Keduanya tidak memiliki anak kandung. Rumah reotnya pun numpang di lahan milik orang lain. Mereka dipinjami lahan, sekaligus menjaga lahan tersebut.
Kondisi rumah mereka sangat menyedihkan. Berlapis seng yang sudah berkarat. Tidak ada kamar. Tidak ada tempat tidur layak. Hanya kelambu lusuh dan tilam tipis. Jika hujan turun, keduanya bakal tidak bisa tidur nyenyak karena atap bocor sana sini. Belum lagi serangan nyamuk dan tidak ada penerangan.
“Saat hujan, kami basah dan kedinginan. Bangunan ini bergoyang jika hujan disertai angin. Apa boleh buat, kami senang bisa tetap bersama. Semoga bisa membangun lebih layak,” ujar Raiz tanpa banyak bicara.
Raiz bersama istri sudah bertahun-tahun menjalani hidup miskin. Walau kondisi serba kekurangan, mereka tetap tabah.
”Semua diterima dengan baik. Semoga bisa lebih baik lagi. Ini semua titipan Tuhan, yang penting sehat dan panjang umur,” ujarnya.
Raiz menambahkan, sudah ada rencana berbagai pihak membantu untuk membangun rumah yang layak.
”Saya ucapkan terima kasih dan semoga mendapat ridho dari Tuhan yang Maha Esa,” katanya.
Sementara itu Saudah mengaku ikhlas hidup miskin selama bertahun-tahun. “Saya ikhlas dan terus mendampingi suami saya. Semoga bisa dapat bantuan rumah layak,” harapnya.
Ketua RT setempat Yulina membeberkan bahwa pasutri tersebut memang pernah mendapatkan berbagai bantuan sosial. Namun tetap harus dibantu, terutama bangunan tempat tinggal mereka.
“Biasa dapat bansos dari provinsi. Yang laki-laki kerja mengambil tebasan rumput atau membersihkan pekarangan rumah,” kata Yulina.
Berbagai pihak sudah berencana membantu untuk mendirikan bangunan tempat tinggal. Bahkan sudah ada respon dari walikota melalui wakil wali kota untuk sama-sama bergotong royong.
”Semoga bisa lebih diperhatikan dan terima kasih atas bantuannya. Pasutri ini memang layak dibantu,” pungkasnya.
Sementara itu Kasi Ekobang Kelurahan Marang Sri Wanti sudah melihat langsung kondisi Raiz dan Saudah. ”Sudah ditindaklanjuti dan semoga dalam waktu dekat ada perbaikan. Terima kasih atas bantuannya bagi warga kami,” pungkasnya. (daq/yit)