PANGKALAN BUN – Kebakaran hutan dan lahan di Jalan Achmad Shaleh Km 12, Kelurahan Mendawai Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), semakin tidak terkendali. Hal tersebut jadi ancaman serius terhadap bencana kabut asap yang merugikan di semua lini.
Api yang membakar vegetasi gambut tebal telah meluas dan melahap lahan milik tiga kelompok tani di sekitar lokasi kebakaran. Informasi dihimpun, titik api kebakaran yang terjadi sejak Sabtu (27/2) pukul 13.30 WIB itu diketahui berasal dari tepi hutan dekat dengan lahan kelompok tani.
Pemadaman tidak bisa langsung dilaksanakan karena sulitnya akses menuju lokasi. Akibatnya, api dengan cepat membesar dan makin sulit ditangani.
Kebakaran tersebut meluas hingga sepanjang 1 kilometer. Lebar kawasan yang terbakar diperkirakan mencapai satu kilometer pada Minggu (28/2). Kendati demikian, belum bisa dipastikan luas kawasan yang terbakar. Informasi di lapangan, diduga mencapai sekitar 60 hektare.
Satgas Darat Karhutla yang terdiri dari BPBD Kobar, Tagana, Manggala Agni, Kodim 1014/PBN, Polres Kobar, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) yang telah berupaya melakukan pemadaman mendapat bantuan personel dari Kompi III Korps Brimob.
Ganasnya karhutla itu sempat membuat Satgas Darat Karhutla mundur karena api makin membesar dan asap tebal memedihkan mata yang dapat mengancam keselamatan mereka. ”Kami sempat mundur beberapa kali akibat api begitu besar dan asap tebal,” kata salah seorang personel Masyarakat Peduli Api (MPA).
Selain kawasan kilometer 12, Satgas Darat harus terpecah konsentrasi untuk mengatasi kemunculan api di RT 26 Dusun Tatas, Kelurahan Baru.
Komandan Kodim 1014/PBUN Letkol Arh Drajat Triputro mengatakan, keterbatasan akses membuat tim tidak bisa melakukan pemadaman segera saat mengetahui awal mula kemunculan titik api.
”Awal titik api muncul sudah terpantau, namun akses menuju lokasi terhambat sulitnya medan, sehingga penanganan yang kami lakukan tidak maksimal,” ujarnya di lokasi karhutla.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini Kabupaten Kotawaringin Barat memerlukan helikopter water bombing untuk melakukan pemadaman melalui udara. Namun, untuk mengajukan bantuan ke BNPB ada syarat tertentu yang harus dipenuhi.
Syarat tersebut, di antaranya, minimal ada dua kabupaten yang sudah menetapkan wilayahnya dalam status siaga karhutla. Sementara ini Kobar telah menetapkan status tersebut. Pemkab Kobar juga telah meminta kepada kabupaten tetangga untuk segera menetapkan status serupa.
”Mungkin Kabupaten Sukamara yang akan kami minta segera untuk menetapkan status siaga karhutla, kemudian setelah itu baru kami ajukan ke pemerintah provinsi agar bantuan helikopter dari BNPB cepat turun,” harapnya.
Dengan kondisi seperti sekarang, lanjutnya, keberadaan helikopter pembom air sangat diperlukan membantu penanganan dari udara. Dandim meminta masyarakat agar turut bersama-sama ikut memadamkan api ketika terjadi karhutla. Jangan sampai ada anggapan, ketika terjadi karhutla hanya menjadi tanggung jawab pemerintah.
”Masyarakat harus ikut bersama-sama melakukan pemadaman. Jangan membakar hutan karena akibatnya menjadi fatal,” ujarnya.
Meningkat
Sementara itu, kebakaran lahan di Kabupaten Lamandau makin meningkat dalam sepekan terakhir. Salah satunya kebakaran lahan kosong dekat alun-alun Kota Nanga Bulik yang sulit dipadamkan akibat sulitnya medan, Rabu (24/2) lalu.
Disusul dua hari berikutnya di lokasi yang cukup berdekatan pada Jumat (26/2) dan Sabtu (27/2). ”Petugas kesulitan memadamkan api karena minimnya air dan suplai air Damkar tidak bisa masuk sampai ke tengah pusat titik api,” kata Kepala Satpol PP dan Damkar Kabupaten Lamandau, Triadi, Minggu (28/2).
Personel yang turun merupakan tim gabungan dari Satpol PP dan Damkar, BPBD, TNI, dan Polri. Totalnya sekitar 50 orang. Mereka turun menggunakan berbagai peralatan pemadaman yang dimiliki.
”Kami belum mengetahui penyebabnya. Namun, diharapkan masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan cara bakar, terutama saat ini sudah hampir memasuki musim kemarau,” harapnya.
Dia menambahkan, cuaca panas beberapa hari terakhir membuat banyak lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar. ”Lahan dengan tipe seperti itu biasanya jika sudah terbakar sulit dipadamkan,” tandasnya. (tyo/mex/sla)